KIAMAT MENURUT ALQURAN AKURAT SECARA ILMIAH
"Apabila bumi digoncangkan dengan sekeras-kerasnya, dan
gunung-gunung dihancurkan selumat-lumatnya, maka jadilah ia debu yang
beterbangan." (QS. 56:4-6)
"Ketika bumi digoncangkan sekeras-kerasnya, dan bumi
mengeluarkan semua isinya, manusia bertanya : ‘Mengapa menjadi begini
?’, dihari itu bumi akan menceritakan beritanya bahwa Tuhanmu telah
memerintahkan seperti itu." (QS. 99:1-5)
"Wahai manusia, insyaflah pada Tuhanmu, bahwa goncangan Sa’ah itu adalah sesuatu yang amat dahsyat." (QS. 22:1)
Sungguh luar biasa sekali kejadian hari itu, hari dimana Allah
menepati janji-Nya kepada semua makhluk-makhluk ciptaan-Nya, hari
dimana tidak ada satupun yang dapat memberikan pertolongan dan hari
yang tiada satu juga tempat bersembunyi. Bahkan meskipun makhluk itu
pergi keplanet Saturnus sekalipun, begitu kata Qur’an.
Pergilah kamu kepada planet [zhillu] yang mempunyai 3
lingkaran, yang tiada lindungan karena dia tetap tidak akan
menyelamatkan dari bencana [Sa’ah] bahwa dia [Sa’ah] melontarkan
percikan api laksana balok seolah dia iringan [cahaya] yang kuning.
Kecelakaan pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan [kebenaran].
(QS. 77:30-34)
Saturnus adalah planet nomor 2 besarnya dalam tata surya bumi kita
ini dengan diameter 120,536 km (equatorial) dengan berat massa 5.68e26
kg dan mengorbit dengan jarak 1,429,400,000 km [atau sekitar 9.54 AU]
dari matahari. Misi tak berawak yang pertama kali menyelidiki planet
Saturnus ini oleh Pioneer 11 dalam tahun 1979 yang disusul oleh Voyager
1 dan Voyager 2. Saat ini sebuah pesawat tak berawak yang lain dan
dilengkapi peralatan yang lebih canggih bernama Cassini tengah dalam
perjalanan menuju planet Saturnus dan diperkirakan akan tiba pada tahun
2004.
Planet Saturnus memiliki angkasa yang kaya akan Hidrogen dengan
sabuk-sabuk awan yang memantulkan sinar matahari dengan baik. Dan 3
lapis jaringan cincin [lingkaran] seputar Equator Saturnus yang indah
itu memperhebat kecemerlangan planet tersebut. Lingkaran cincin itu
sendiri diduga terdiri dari debu halus, kerikil kecil atau bulir-bulir
es yang tak terhingga banyaknya. Planet ini memiliki 10 buah bulan dan
satu diantaranya baru ditemukan pada tahun 1966.
Itulah dia hari kiamat, hari Sa’ah /waktu kehancuran total yang
ditentukan/, Yaumul Hasrah /hari penyesalan/, Yaumul Muhasabah /hari
perhitungan/, Yaumul Wazn /hari pertimbangan/ dan sejumlah nama lain
yang kesemuanya menunjukkan mengenai kiamat yang akan terjadi dalam
satu hitungan yang mengagetkan.
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Kapankah
datangnya ?". Katakanlah:"Hanya disisi Tuhankulah pengetahuan /ilmu/
tentangnya; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya
selain Dia. ia /Kiamat/ itu amat dahsyat untuk langit dan bumi. Dia
tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya
kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:
"Sesungguhnya ilmu /pengetahuan/ tentangnya ada di sisi Allah, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui". (QS. 7:187)
Bagaimanakah sebenarnya peristiwa pada hari tersebut jika kita
menganalisanya dengan penganalisaan Qur’an dan Science ? Adakah kiamat
itu diberlakukan oleh Allah secara begitu saja dan tanpa melalui proses
alamiah ? Marilah kita telaah terlebih dahulu ayat-ayat Allah yang
bersangkutan tentangnya didalam AlQur’an dan menghubungkannya dengan
kajian Science.
Demi yang terbang dalam keadaan bebas, yang membawa beban
berat yang bergerak dengan mudahnya dan membagi-bagi urusan; bahwasanya
yang dijanjikan itu adalah benar. (QS. 51:1-5)
Demi yang meluncur dengan cepatnya dan memercikkan api yang
merubah waktu subuh dan menimbulkan debu yang berpusat padanya sebagai
satu kesatuan. Sungguh, manusia itu tidak tahu berterima kasih kepada
Tuhannya. (QS. 100:1-6)
Pada hari meledaknya tata surya ini dengan bencana besar serta diturunkannya para malaikat secara bersungguh-sungguh. (QS. 25:25)
Pada hari tata surya ini digoncang dengan sebenar-benar goncangan dan orbit akan terlepas dengan luar biasa. (QS. 52:9-10)
Ketika matahari digulung (olehnya) dan bintang-bintang
meluluh, tenaga alamiah pun terlepaskan [dari posisi orbitnya], relasi
(hubungan molekul pada benda) ditinggalkan dan semua unsur dikumpulkan
serta lautan mendidih. (QS. 81:1-6)
Tata surya akan pecah karenanya sebagai bukti janji-Nya ditunaikan;
Sungguh, ini satu peringatan, barang siapa yang mau mengikuti niscaya
dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (QS. 73:18-19)
Maha Besar Allah yang telah membukakan sedikit tabir rahasia-Nya
kepada manusia mengenai hari perjanjian dengan segala kelogisannya yang
sudah sepantasnya menjadi bahan pemikiran bagi kaum yang mau
memikirkan serta bagi mereka yang benar-benar mengharapkan ridho dari
Tuhannya.
Melalui AlQur’an, wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad
Saw sang utusan mulia sekitar 14 abad yang lalu ditanah Arabia telah
menyajikan secara gamblang proses kehancuran tersebut berdasarkan
data-data ilmiah yang mampu dicapai oleh pemikiran manusia diabad 20
ini.
AlQur’an memberitakan bahwa kehidupan dalam tata surya ini akan
ditutup sekaligus secara mendadak dengan alasan dan pembuktian yang
logis dan komplit. Hidup didunia ini adalah selaku ujian terhadap
manusia yang akan menentukan nilai bagi setiap diri untuk ditempatkan
pada golongan yang baik atau jahat diakhirat nanti yang berpokok
pangkal pada ayat 51:56.
Dengan alasan ini teranglah bahwa hidup kini bukan terwujud dengan
sendirinya tanpa ujung pangkal, bukan pula menjalani reinkarnasi dengan
mati dan hidup berulang kali dengan jalan penitisan kepada makhluk/zat
lainnya , malah sesuai dengan pemikiran wajar berdasarkan hukum
kausalita yang berlaku.
Hari kehancuran total itu oleh AlQur’an
dinamakan Sa’ah, yaitu waktu penutupan kehidupan massal yang ditentukan
Allah, tak seorangpun yang dapat mengetahui kapan waktu pastinya
sebagai satu pengujian kepada setiap diri mengenai Iman dan Ilmunya.
Tiada kejadian Sa’ah itu melainkan dalam sekejapan mata atau lebih cepat lagi.
Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 16:77)
Pada ayat 16:77 diatas telah disebutkan bahwa kedatangan Sa’ah itu
terjadi dalam tempo yang sangat singkat, dan digambarkan kecepatannya
melebihi kejapan mata. Sekarang mari sejenak kita melihat ramalan James
Scotti dari Universitas Arizona yang mengamati sebuah Asteroid yang
diberi nama XF 11 melalui teleskop 36 inci pada 6 Desember 1997 dan
menyatakan bahwa kemungkinan XF 11 itu bakal menghantam bumi pada tahun
2028.
Menurut perhitungan yang dilakukan pada 23 Maret 1998 lalu, posisi
terdekat Asteroid XF 11 pada 26 Oktober 2028 adalah 600.000 mil atau
954.340 kilometer. Kecepatan obyek angkasa ini saat itu diperkirakan
mendekati 13.914 km/detik, tulis sebuah laporan ilmiah yang dikeluarkan
Donald K. Yeomans dan Paul W. Chodas, astronom NASA yang khusus
melakukan prediksi garis orbit komet, asteroid, planet, dan benda
angkasa lain di bawah sistem tata surya matahari, dengan bantuan
komputer.
Perhitungan terakhir posisi XF 11 dilakukan berdasarkan pantauan
astronom Eleanor Helin, Brian Roman, dan Ken Lawrence yang bersama
Donald dan Paul tergabung dalam tim NEAT (Near Earth Asteroid Tracking)
di Jet Propulsion Laboratory (JPL NASA), Pasadena AS. Perhitungan ini
berarti mengandaskan ramalan bumi bakal kiamat 30 tahun lagi dan
kembali ke zaman batu setelah sebuah asteroid selebar satu mil (1,6
kilometer) menghantam bumi.
Kedua pengamatan terhadap PHA 108 (potentially hazardous asteroid),
yaitu kode yang diberikan terhadap XF 11 ini menyimpulkan, pada 2028,
garis edarnya paling dekat dengan bumi, sekitar 50.000 mil saja. Jarak
itu cukup dekat dengan daratan dan merupakan alamat buruk bagi penghuni
bumi.
Peter Schelus, peneliti lain dari Mc Donald Observatory di Texas
lalu memasuki percaturan. Awal Maret lalu, ia menggambarkan akan
terjadi 88 hari ketika angkasa dipenuhi jalur asteroid yang berpijar.
Garis pijar yang menggemparkan ini bisa disaksikan dengan mata telanjang
di Eropa.
Jadwal kedatangan Asteroid XF 11, kata Peter, adalah pada 26
Oktober 2028 sore pukul 13.30 waktu pantai timur AS (atau 01.30 dini
hari WIB). Saat itu, NEO (Near Earth Object), yaitu XF 11 sudah berada
pada jarak 26.000 mil atau bisa lebih dekat lagi!
Kalau benar-benar terjadi, ya tadi itu, kehancuran total bagi
segala peradaban di muka bumi. Berbagai analisis lalu bermunculan dalam
bentuk terbitan terbatas, media cetak, tayangan film dokumenter,
sampai mini seri televisi yang sanggup menyedot perhatian seluruh
dunia, khususnya di AS.
Seperti artikel New Yorker edisi awal tahun yang menyebutkan,
akibat tabrakan hebat dengan asteroid, separoh populasi bumi akan
sirna. Kemudian sebuah film dokumenter yang ditayangkan Discovery
selama dua jam sanggup membangkitkan kekhawatiran. Begitu juga film
serupa arahan National Geographic.
Keberadaan XF 11 dan lintas orbitnya makin ramai diperbincangkan.
Stasiun televisi NBC tak mau kalah dengan menyajikan miniseri Asteroid,
memanfaatkan histeria massa.
Asteroid (kelas) XF 11 saat memasuki atmosfir bumi diperkirakan
memiliki kecepatan 45.000 mil per jam atau sebanding dengan 100 kali
kecepatan peluru yang ditembakkan. Ketika menghantam bumi, ledakan yang
ditimbulkan setara dengan 500.000 megaton TNT (ukuran ledakan).
Sebagai perbandingan, bom atom yang membumihanguskan Hiroshima
diperkirakan sebesar 0,015 megaton. Kekuatan ini sanggup membentuk
terowongan di atmosfir sepanjang lima mil. Hujan api dan perubahan
cuaca pun terjadi secara drastis lantaran iklim global berubah. Sinar
matahari terhalang oleh debu yang tersebar dalam jumlah besar di
lapisan stratosfir.
Bumi memang berada pada daerah terpaan asteroid dan komet. Namun,
atmosfir bumi melindungi penghuninya dari bebatuan ruang angkasa kecil
seukuran butiran pasir atau kelereng yang setiap hari menghujani bumi.
Kebanyakan asteroid mengikuti jalur edar antara dua planet, yaitu Mars
dan Jupiter, tapi asteroid itu saling mempengaruhi dan bahkan
terpengaruh oleh Jupiter. Akibatnya, sebagian asteroid keluar dari
jalur dan kemudian memasuki orbit Mars atau Bumi.
Bintang berekor di malam hari adalah bukti benda ruang angkasa yang
terbakar ketika memasuki atmosfir. Kebanyakan asteroid berdiameter 10
meter akan hancur sebelum menumbuk bumi. Walau demikian, masih ada
beberapa pecahan yang sempat tiba di permukaan bumi.
Bagaimana kalau asteroid jatuh di laut? Jika jatuh di Laut Jawa
misalnya, akan menimbulkan tsunami setinggi 130 meter. Dan
mengakibatkan gelombang hebat yang menyapu kota-kota sejauh 10 mil dari
garis pantai. Bukankah menurut para ilmuwan, punahnya dinosaurus
akibat serangan meteor yang terjadi 65 juta tahun lalu?
Perhitungan orbit yang akurat adalah modal utama. Soalnya, menurut
penelitian Spaceguard Survey yang menghabiskan US$50 juta selama 10
tahun -yaitu lembaga yang mampu menaksir populasi dan melakukan
identifikasi besarnya obyek NEAR (Near Earth Asteroid Rendezvous) yang
berpotensi menabrak bumi melalui penjejak sistematik yang terdapat pada
monitor efektif- memperkirakan, sekitar 4.000 asteroid dengan ukuran
satu kilometer ke atas, melintas di sekitar bumi. Dari jumlah itu, cuma
150 yang dapat dikenali. Sementara ukuran lebih kecil seperti yang
jatuh di Tunguska, jumlahnya lebih banyak, yaitu 300.000.
Tim NEAT menghapus kekhawatiran itu melalui perhitungan mereka.
Tapi Brian Marsden dari Smithsonian Astrosphysical Observatory, yang
ikut mendorong penemuan kalkulasi garis orbit terakhir, masih
penasaran. Marsden menyebutkan bahwa dasar perhitungan itu menurut
gambar XF 11 yang ditangkap pada 1990. Bahwa perhitungan yang sangat
akurat dapat dilakukan lagi saat XF 11 berdekatan dengan bumi pada 31
Oktober 2002. Melalui radar optik, garis edar XF 11 yang tepat bisa
disimpulkan.
Benarkah kiamat akan terjadi pada tahun 2028 yang diakibatkan oleh XF 11 ?
Masih
terlalu dini untuk menyimpulkan demikian, Asteroid XF 11 meskipun
menghantam bumi dia tidak akan mengakibatkan hancurnya tata surya
sebagaimana yang di jelaskan oleh Qur’an.
Menurut hukum Fisika,
kecepatan pandangan mata sama besar dengan kecepatan gerak sinar atau
gelombang radio. Sinar bergerak sekitar 186.282 mil sedetik. Dalam satu
tahun atau selama 365 hari ada 31.536.000 detik. Jadi sinar bergerak
dalam satu tahun sejauh 5.874.589.152.000 mil, dan ini dinyatakan 1
tahun sinar, biasanya angka ini dibulatkan menjadi 6 billion mil.
Sementara itu sinar dari matahari untuk mencapai bumi dibutuhkan
waktu 8.3 menit [juga biasanya dibulatkan menjadi 8 menit sinar saja].
Jadi jika misalnya matahari itu mendadak hilang dari angkasa maka
keadaan itu baru dapat kita lihat 8 menit kemudiannya, karena memang
sekianlah kecepatan kejapan mata atau pandangan mata [menurut hukum
Fisika].
Kini dikatakan Sa’ah itu lebih cepat lagi, maka kecepatan yang
melebihi gerakan sinar untuk saat ini yang dikenal adalah komet. Dan
komet itu melayang diantara bintang-bintang angkasa hanya dalam waktu
beberapa saat saja, padahal seperti diketahui orang, jarak bintang
terdekat adalah 4 tahun gerak sinar.
Jadi Sa’ah itu berlaku cepat
sekali seperti kecepatan gerak komet [atau memang justru komet itu
sendirilah yang dijadikan Allah selaku penyebab terjadinya Sa’ah
nantinya ?].
Mari kita bahas masalah ini :
Komet adalah benda angkasa yang
DIDUGA oleh para ahli terdiri dari debu, es dan gas yang membeku. Komet
menyala dan membentuk ekor gas bercahaya tatkala lewat didekat
matahari. Ia memiliki lintasan yang lonjong, berbeda dengan lintasan
planet yang berbentuk lingkaran.
Komet terang sering tampak pada siang hari.
Ekornya
bisa lengkung meliputi setengah bola langit, dan para Astronom juga
menduga ada sekitar 100.000 buah komet diangkasa raya.
Dan
sebagaimana yang dikatakan ayat 7:187 yang sudah kita ulas diatas,
bahwa tidak akan ada seorangpun yang dapat meramalkan kapan saat Sa’ah
itu terjadi.
Karenanya jika kita mencoba mengasumsikan bahwa memang komet itulah
yang akan menjadi penyebab Sa’ah maka pantas ramalan para sarjana
mengenai rombongan komet yang dapat dilihat dari bumi selalu gagal
begitupun rombongan komet yang dinamakan Kohoutek pada bulan Desember
1973.
Ada satu ayat Qur’an yang cukup mengundang perhatian kita
untuk menghubungkannya kepada penyebab kejadian pada hari Sa’ah itu,
ayat tersebut adalah :
Dan yang menguasai itu berada atas bagian-bagiannya dan
[benda] yang membawa semesta Tuhanmu diatas mereka ketika itu "Ada
Delapan". (QS. 69:17)
‘Arsy yang selama ini ditafsirkan oleh sebagian besar orang sebagai
singgasana dimana Allah berdiam itu saya anggap keliru, sebab Allah
tidak membutuhkan tempat, ruangan dan juga tidak terikat dengan waktu.
Jika dikatakan bahwa Allah *duduk* diatas ‘Arsy maka berarti Allah
memiliki wujud yang sama seperti makhluk-Nya yang memerlukan tempat
tinggal dan tempat bernaung, padahal Allah Maha Suci dan Maha Mulia
dari semua itu ! Sungguh kontradiksi sekali dengan sifat-sifat
keTuhanan yang dikenal didalam Islam sebagai Asma ul Husna .
Sungguh, jika kita mau memperhatikan Qur’an secara lebih teliti
akan kita dapati beberapa pengertian untuk ‘Arsy ini, misalnya :
1. Yang didirikan, yang dibangun seperti bangunan dijaman Nabi Sulaiman [27:38];
bangunan dijaman Nabi Yusuf [12:100] atau bangunan yang ada di Palestina dahulu kala [2:259].
Lebih jelas lagi ayat 7:137 dimana dinyatakan ‘Arsy itu berarti bangunan yang dibangun oleh Fir’aun.
2. ‘Arsy juga berarti semesta raya atau universe karena dia dibangun atau didirikan oleh Pencipta Esa.
Ayat tentang itu banyak sekali, diantara lain ayat 11/7, 7/54, 40/6, 39/75 dan 69/17.
3. Semua benda angkasa dinamakan semesta raya atau langit bagi
manusia dan merupakan ‘Arsy Allah, termasuk planet-planet, bulan-bulan
[satelites], komet dan apa-apa yang ada diantaranya.
Semua benda itu dibangun oleh Allah sebagai yang dimaksud ayat 11:7.
Dan
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari [maksudnya
6.000 tahun karena 1 hari Allah = 1000 tahun manusia berdasarkan ayat
22:47] dan adalah semestanya atas Almaa’ …
(QS. 11:7)
Semesta raya disusun begitu rupa terdiri dari jutaan bima
sakti/galaksi. Masing-masing bima sakti terdiri dari jutaan bintang
yang setiapnya dikitari oleh planet-planet yang umumnya juga dikitari
oleh bulan-bulan sebagai satelitnya. Satu bintang dengan beberapa
planet dan bulannya dinamakan tata surya atau solar system.
Kita kembali pada ayat 69:17 sebelumnya yang mengatakan bahwa kelak
pada hari Sa’ah akan ada 8 yang membawa semesta raya ini padanya yang
karena itu dia disebut sebagai yang menguasai. Adalah satu hal yang
cukup masuk akal jika kita telah berasumsi bahwa yang 8 dimaksudkan
oleh Alqur’an ini adalah 8 rombongan komet yang akan datang dengan
kecepatan penuh dan menjadikan penyebab hari Sa’ah tersebut.
Para ahli Astronomi telah sama mengetahui kedatangan suatu komet
yang dinamakan komet halley ditaksir besarnya ribuan kali besar
matahari dan panjangnya diperkirakan 500 juta mil atau lebih kurang 6
kali jarak antara matahari dan bumi [lebih panjang dari 1.000 AU].
Pada
bulan April 1970 pernah pula kelihatan komet yang seperti itu bergerak
dari belahan selatan ke utara selama sebulan penuh menjelang subuh.
Kalau orang hanya mengikuti pendapat dan dugaan ahli-ahli angkasa
Barat tentang komet, maka akhirnya orang akan berpendapat bahwa komet
itu hanya benda angkasa yang tidak perlu dihiraukan karena mereka
menganggapnya tidak berarti sama sekali. Dan ini bertentangan dengan
AlQur’an yang dengan nyata mengatakan bahwa Allah tidak pernah
menjadikan langit dan bumi ini dengan kesia-siaan atau dengan kata lain
tanpa maksud dan tujuan.
Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangkakan
terhadap Tuhanmu, dan itu telah menjerumuskan kamu, maka jadilah kamu
orang-orang yang merugi. (QS. 41:23)
Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di
dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan
kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan
tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (QS. 45:24)
Apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan dusta atas nama Allah pada hari kiamaT ?
Sungguh, Allah Yang mempunyai karunia atas manusia tetapi kebanyakan mereka tidak berterimakasih. (QS 10:60)
Kalau bintang-bintang berfungsi mengatur kehidupan diplanet-planet
yang mengorbitnya, maka komet merubah kehidupan secara mendadak, dia
membentur semua bintang diangkasa luas secara berganti-ganti menurut
ketetapan yang ditentukan Allah sesuai dengan arah layang komet yang
tidak berorbit jelas.
Yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk atau dalam keadaan
berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (mereka
itu berkata): "Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka selamatkanlah kami dari siksa
neraka. (QS. 3:191)
Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya secara bermain-main.
(QS. 44:38)
Para Astronom Barat terlalu cepat mengambil kesimpulan untuk
menentukan wujud dari komet itu dengan mengatakan ia terdiri dari debu,
es dan gas yang membeku. Sebab jika benar demikian, maka tentunya
komet itu akan jatuh kepada planet atau matahari seperti jatuhnya
meteorities, padahal belum pernah diketahui sebuah komet telah jatuh
seperti demikian. Begitupula halnya dengan orbit komet yang dianggap
pula oleh Astronom Barat itu sebagai keluarga tata surya.
Orang seharusnya dapat mengambil pelajaran tentang komet Kohoutek
pada bulan Desember 1973 yang ternyata telah keluar dari gugusan
bintang lain, yaitu kelihatan dari celah-celah galaksi lain disemesta
raya ini. Orang telah gagal dengan anggapannya yang mengatakan bahwa
wujud komet terdiri dari pasir dan juga gagal dalam menentukan orbitnya
yang dikatakan ellips, padahal sebenarnya komet itu mengedar tanpa
orbit yang jelas.
Dalam hal ini manusia, khususnya umat Islam harus istiqomah
terhadap kitab suci AlQur’an yang berisikan petunjuk dan sumber ilmu
pengetahuan bagi manusia. Bukankah Allah sudah bersumpah pada ayat
37:1-5 dibawah ini yang menyamakan arti semesta raya yang berjuta
milyar bintang dengan 8 buah benda berapi [komet] penghancurnya.
Demi [bintang-bintang] yang berbaris tersusun [disemesta raya],
Demi [benda angkasa] yang membentur dengan benturan
Demi [ayat-ayat Qur’an] yang menganalisakan pemikiran
Bahwa
Tuhanmu adalah satu, yaitu Tuhan semua planet dan bumi ini serta apa
yang ada diantaranya serta Tuhan bagi tempat-tempat terbit matahari
[dalam setiap planetnya].
(QS. 37:1-5)
Orang tidak berkesempatan banyak untuk mempelajari komet karena
terlalu jauh dan jarang sekali kelihatan, untuk komet Halley saja
melakukan lintasan kepada matahari dalam kurun waktu 76 tahun sekali,
komet Kohoutek 75.000 tahun untuk melengkapi peredarannya sedangkan
komet Encke yang memiliki lintasan terpendek menghampiri matahari tiap
3,3 tahun sekali. Pada tahun 1993 Eugene dan Carolyn Shoemaker serta
David Levy menemukan sebuah komet baru yang diberi nama komet
Shoemaker-Levy 9 [sesuai dengan nama penemunya]
Informasi selengkapnya mengenai komet SL 9 ini bisa anda lihat dalam situs : http://www.seds.org/billa/tnp/sl9.html
Ayat 42:5 juga memberitahukan kepada kita bahwa pada masa lalu,
pernah berlaku pendekatan layang sekelompok komet [yang besar] hingga
merobah posisi planet-planet dalam tata surya ini. Akibatnya,
terjadilah topan Nabi Nuh dan berpindahlah kutub-kutub bumi dari
tempatnya semula ketempat yang baru sebagaimana yang kita kenal
sekarang ini.
Hampir saja planet-planet itu terseret [oleh komet] dari atasnya,
dan malaikat tasbih dengan memuja Tuhan mereka serta memintakan ampun
bagi orang dibumi. Ingatlah bahwa Allah itu Pengampun dan Penyayang.
(QS. 42:5)
Peristiwa Topan Nabi Nuh sudah ditentukan oleh Allah dengan rencana
tepat dan logis, tidak semata-mata untuk mengazab mereka-mereka yang
kafir terhadap petunjuk Nabi-Nya namun lebih jauh dari itu berfungsi
untuk perbaikan stelsel tata surya, khususnya planet bumi.
[masalah ini akan kita bahas dalam artikel : Kealamiahan mukjizat Nabi Nuh dan Nabi Musa]
Seimbang dengan ayat 42:5 diatas, maka Ayat 69:13 menyatakan
sebaliknya, bahwa kelak dikemudian hari serombongan komet akan datang
membentur/menyeret tata surya kita, waktunya sangat dirahasiakan, hanya
Allah sendiri yang mengetahuinya. Waktu itu akan tergoncanglah
planet-planet dengan hebatnya terseret mengikuti layang sekumpulan
komet itu dan musnahlah semua yang hidup kecuali apa yang dikehendaki
oleh Allah sebagaimana yang terdapat dalam ayat 39:68
Apabila ditiupkan sangkakala dengan sekali tiupan, terbawalah bumi
ini dan semua tenaga alamiahnya lalu bergoncanglah ia sekali goncangan
maka ketika itu menimpalah yang menimpa dan pecahlah tata surya ini
pada hari itu menurut ketentuan. (QS. 69:13-16)
Dan ditiupkan sangkakala lalu mati apa-apa yang ada dilangit dan
apa-apa yang ada dibumi kecuali apa saja yang dikehendaki oleh Allah,
kemudian akan ditiupkan padanya [sekali lagi] maka tiba-tiba mereka
bangkit [dari mati dan] menunggu [pengadilan Tuhan atas mereka]. (QS.
39:68)
Apakah dan bagaimana waktu itu kejadian penyeretan tata surya ini
dan dengan jalan bagaimana pula Allah menjalankan hukum-hukum
Kausalita-Nya untuk memberikan perlindungan kepada apa yang
dikecualikan-Nya seperti pada ayat 39:68 diatas ?
Mari kita jawab bersama …
Perhatikan ulang firman Allah berikut ini :
Demi yang meluncur dengan cepatnya dan memercikkan api yang merubah
waktu subuh dan menimbulkan debu yang berpusat padanya sebagai satu
kesatuan. Sungguh, manusia itu tidak tahu berterima kasih kepada
Tuhannya. (QS. 100:1-6)
Demi yang terbang dalam keadaan bebas, yang membawa beban berat
yang bergerak dengan mudahnya dan membagi-bagi urusan; bahwasanya yang
dijanjikan itu adalah benar. (QS. 51:1-5)
Demi yang membentur dengan benturan (QS. 37:2)
Dari ayat Qur’an diatas kita bisa membaca bahwa kelak akan datang
sekumpulan benda angkasa yang meluncur dengan cepat sambil memercikkan
api [QS. 100:1] yang telah ditentukan Allah untuk membentur tatasurya
kita ini [QS. 37:2] lalu menyeretnya menurut layangnya disemesta luas
[QS. 100:4] hingga habislah semua bintang diangkasa itu semuanya
terseret pada waktu tertentu berturut-turut [QS. 51:4].
Waktu itu matilah semua makhluk berjiwa dalam daerah tatasurya [QS.
39:68] hari itu tidak ada tempat berlindung sama sekali bagi manusia
sekalipun dia mencoba ke planet Saturnus dengan dugaan bahwa cincin
yang melingkar pada Saturnus itu dapat melindunginya dan itu sudah
dibantah oleh Qur’an pada 77:30-34 yang sudah kita bahas pada bagian
atas.
Tolong perhatikan masing-masing ayat yang saya tunjuk diatas untuk menemukan relevansinya
Dengan
ini saja kita bisa mengambil kesimpulan bahwa benda angkasa yang
dimaksudkan kemungkinan besar adalah komet yang memiliki karakteristik
nubuatan Qur’an.
Dan yang menjadi ekor komet sebagai yang kita lihat melayang
diangkasa bebas adalah bintang-bintang dengan semua planet dan bulannya
yang telah dibentur dan diseret oleh komet itu lebih dahulu. Demikian
pula akan berlaku pada tata surya kita ini bila nanti sudah datang
perintah dari Allah saatnya.
Lalu kenapa rombongan komet itu kelihatan kecil saja ?
Itu tidak lain karena disebabkan dia berada sangat jauh dibalik
jutaan bintang atau malah mungkin pula dibalik jutaan galaksi. Suatu
komet tidak dapat diperkirakan besarnya dengan satu kepastian, mungkin
ribuan kali lebih besar dari matahari kita, dia bergerak tanpa orbit
yang jelas karena dia terbentuk dari non partikel dengan massa yang
semakin besar yang diakibatkan oleh sifat kohesi sesamanya dan
bergabung dengan Nebula atau awan susu, dia lari dari partikel tetapi
mempunyai sifat bergabung sesamanya seperti Ionosfir yang melingkupi
planet.
Demikian pula komet lari dari setiap bintang yang ditemuinya tetapi
karena terlalu besar dan terlalu cepat layangnya [dalam Qur’an
diistilahkan yang terbang bebas dan berbeban berat serta mudah dalam
pergerakan] maka dalam gerak demikian dia membentur setiap tatasurya
yang menghalangi arah geraknya, langsung membentur dan menyeret. Waktu
itu juga seluruh Ionosfir akan bergabung dengan komet, sehingga
berakibat setiap tatasurya yang dibentur komet itu otomatis menurut
kepada benda raksasa itu.
Ketika komet membentur tatasurya dia terpaksa merobah arah geraknya
beberapa derajat karenanya komet itu nantinya akan menempuh seluruh
daerah semesta raya, ditimbulkan oleh sifatnya yang anti partikel. Maka
dari itu akan amat janggal sekali jika kita mengikuti Dugaan Astronomi
Barat bahwa komet itu terdiri dari pasir atau es yang mengorbit
keliling matahari kita.
Dengan sifat anti partikel itu, komet tidak menjalani garis orbit
tertentu, karenanya sebagaimana yang sudah kita tuliskan pada bahagian
atas bahwa orang pernah melihat komet itu bergerak dari selatan keutara
atau sebaliknya. Jika komet termasuk keluarga tatasurya kita maka
otomatis dia harus patuh pada hukum tatasurya dan bintang-bintang lain
bahwa semuanya bergerak dari barat ketimur.
Pembenturan komet atas setiap bintang bukan terlaksana sekaligus,
bukan dalam satu ketika melainkan melalui proses ilmiah yaitu secara
berangsur-angsur sehingga kian lama wujudnya semakin membesar dalam
masa yang amat panjang dan itt telah mulai terjadi semenjak ribuan
tahun yang lalu dan akan tetap seperti itu hingga masa ketentuan itu
diberlakukan Allah.
Mungkin hal itu susah digambarkan dalam ingatan bahwa langit biru
yang ada diatas kita ini kelak tiada lagi berbintang karena semuanya
mengikut pada 8 rombongan komet seolah komet itu yang menguasai semesta
raya.
Dan yang menguasai itu berada atas bagian-bagiannya dan yang
membawa semesta Tuhanmu diatas mereka ketika itu "Ada Delapan". (QS.
69:17)
Bahwa setiap planet itu berputar disumbunya untuk mewujudkan siang
dan malam serta Timur dan Barat bagi permukaan masing-masing planet itu
adalah sudah satu hukum yang pasti dalam ilmu Astronomi. Semua bintang
berada pada posisi tertentu disemesta raya dengan sifat Repellent
antara satu dengan lainnya tersusun rapi sesuai dengan hukum-hukum yang
sudah ditetapkan Allah.
Sungguh, Allah menahan planet-planet dan bumi agar tidak luput /dari garis orbitnya/,
Jika semua itu sampai luput, adakah yang dapat menahannya selain Dia ?
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS. 35:41)
Tapi mesti dijelaskan disini dalam hubungannya dengan banyak ayat
Qur’an yang lain serta kajian Ilmu pengetahuan modern, setiap planet
memiliki Rawasia [tenaga alamiah] Simple karenanya tidak akan kejadian
dua planet dempet bersatu; sebaliknya setiap planet dalam tatasurya ini
akan dempet bersatu dengan matahari yang dikitarinya namun tidak akan
lebur mencair karena masing-masingnya dikungkung oleh batang magnet
yang membujur dari Utara ke Selatan.
Hal ini berlaku sewaktu tatasurya ini diseret oleh komet sehingga
menyebabkan susunan planet kacau balau. Orbit dan jarak tertentu tak
terlaksana lagi masing-masingnya tertarik jatuh pada matahari
disebabkan Rawasia yang berlainan. Setiap planet itu melekat pada
matahari dalam keadaan utuh berupa globe yang senantiasa bulat dan
tetap berputar disumbunya.
Masalah Rawasia/Batang Magnet/Tenaga Alamiah ini sudah kita bahas dalam artikel Mengungkap konstruksi piring terbang.
Hal demikian sangat penting sekali terjadi karena dengan itu tidak
akan kejadian adanya suatu planet dalam tatasurya kita ditarik oleh
bintang lain, tetapi hal itu pulalah yang menyebabkan permukaan setiap
planet terbakar, lautan menguap habis, gunung-gunung meleleh dan setiap
benda mencair jadi atom asal seperti diterangkan oleh ayat 81:1 s.d
81:6
Ketika matahari digulung (olehnya) dan bintang-bintang meluluh,
tenaga alamiah pun terlepaskan [dari posisi orbitnya], relasi (hubungan
molekul pada benda) ditinggalkan dan semua unsur dikumpulkan serta
lautan mendidih. (QS. 81:1-6)
Akan tetapi lain keadaannya dengan bulan-bulan yang menjadi satelit mengitari planet.
Untuk itu AlQur’an menerangkan :
Semakin dekat Sa’ah dan terpecahnya bulan-bulan. (QS. 54:1)
Dan lenyaplah bulan-bulan itu serta dikumpulkanlah bulan-bulan itu bersama matahari. (QS. 75:8-9)
Bulan memiliki Rawasia Spot atau Mascon, yaitu titik pusat magnet
yang berada dalam tubuhnya, karena itu dia tidak pernah berputar tetapi
mengedar keliling planet. Makanya bulan terwujud dari pasir halus
tak*memadat, bergravitasi sangat lemah. Bulan mengorbit matahari dengan
jarak 384,400 km dari planet bumi kita dan bergaris tengah 3476 km
dengan massa 7.35e22 kg.
Sewaktu planet-planet jatuh tertarik dempet pada matahari pada hari
Sa’ah tersebut maka setiap bulan itu tak mungkin mempertahankan wujud
globenya, masing-masing akan meleleh menjadi satu dengan matahari dan
mulai saat itu hilanglah bulan untuk selama-lamanya sebagaimana
tercantum pada ayat 75:8-9 diatas dan sesuai pula dengan ayat 39:68
yang menyatakan bahwa pada ledakan pertama itu semua yang hidup akan
mati kecuali apa-apa yang dikehendaki oleh Allah, dan secara kesimpulan
salah satu benda yang tidak akan dimusnahkan oleh Allah itu adalah
planet bumi kita ini sebab pada saat itu bumi tidak lebur kedalam
matahari dalam pengertian meleleh melainkan akan mewujudkan satu
keadaan baru sebagaimana yang diterangkan Allah dalam firman-Nya yang
lain serta beberapa Hadist Nabi Muhammad Saw yang akan kita bahas
dibawah ini :
Pada hari Kami putarkan tata surya ini laksana putaran radiasi untuk ketetapan-ketetapan [Kami].
Sebagaimana
Kami memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya
kembali sebagai janji atas Kami. Sungguh pasti akan Kami tepati [janji
itu]. (QS. 21:104)
[Yaitu] hari dimana bumi diganti dengan bumi yang lain [dalam
rupanya] begitu pula planet-planet, dan mereka semuanya tunduk kepada
Allah yang Esa dan Perkasa. (QS. 14:48)
Wahai manusia, insyaflah pada Tuhanmu,
Bahwa goncangan Sa’ah itu adalah sesuatu yang amat dahsyat. (QS. 22:1)
Dia berfirman: "Di sana engkau hidup dan disana pula engkau akan mati, dan dari sana pula engkau akan dibangkitkan. (QS. 7:25)
Dari Sahal bin Sa’ad ra. katanya:
Rasulullah Saw bersabda:
"Dikumpulkan manusia pada hari kiamat di Bumi yang putih
kemerah-merahan bagai dataran yang bersih, tidak ada tanda-tanda
penunjuk untuk siapapun". (HR. Imam Muslim)
Dari Mikdad bin Aswad ra. katanya:
Rasulullah Saw bersabda:
"Didekatkan matahari kepada manusia dihari kiamat sehingga jarak
matahari dari mereka sekira satu mil. Manusia digenangi keringat
menurut ukuran amal mereka…" (HR. Imam Muslim)
Jadi jelaslah bahwa bumi kita ini dan juga matahari tidak akan
hancur saat itu melainkan akan diperbaharui bentuk dan keadaannya
sebagaimana Firman Allah dan Hadist Rasul diatas.
Sampai disini maka
usailah bagian pertama dari pembahasan kiamat ini, dan kita akan
meneruskan pembahasan Kiamat ini kearah yang lebih jauh lagi pada
artikel Mengungkap Hidup Setelah Mati .
Kamis, 27 Desember 2012
Kamis, 15 November 2012
gravimetri
BAB
VIII
GRAVIMETRI
Gravimetri adalah
metode analisis kuantitatif
unsur atau senyawa
berdasarkan bobotnya yang diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan
pemisahan dan pemanasan endapan dan
diakhiri dengan penimbanghan.
Untuk memperoleh keberhasilan pada
analisis secara gravimetrik, maka harus memperhatikan tiga hal berikut ;
1. Unsur atau senyawa yang ditentukan harus
terendapkan secara sempurna.
2. Bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui
dengan pasti rumus molekulnya.
3. Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah
ditimbang.
Dalam analisis gravimetri meliputi
beberapa tahap sebagai berikut ;
a) Pelarutan
sample (untuk sample padat).
b) Pembentukan
endapan dengan menambahkan pereaksi pengendap secara berlebih agar semua unsur/senyawa diendapkan
oleh pereaksi. Pengendapan dilakukan
pada suhu tertentu dan pH tertentu yang merupakan kondisi optimum reaksi
pengendapan. Tahap ini merupakan tahap paling penting.
c) Penyaringan endapan.
d) Pencucian
endapan, dengan cara menyiram endapan di dalam penyaring dengan larutan
tertentu.
e) Pengeringan
endapan sampai mencapai berat konstan.
f) Penimbangan
endapan.
g) Perhitungan.
Berat endapan (gram) x
faktor gravimetrik x 100%
Kadar Unsur (%)
= ____________________________________________
atau senyawa Berat sampel (gram)
Berat
atom/molekul (BA/BM) unsur/senyawa yang
ditentukan
Faktor = _______________________________________________________
Gravimetri Berat molekul (BM) endapan yang ditimbang
Tabel 8.1.
Beberap contoh faktor gravimetri.
8.1. PENENTUAN KLORIDA
Prinsip :
Ion
klorida dalam larutan diendapkan dari larutan asam sebagai perak klorida
(AgCl).
Cl + Ag+ →
AgCl (endapan)
Endapan yang terbentuk mula – mula berbentuk
koloid tetapi kemudian akan menggumpal membentuk agregat. Endapan yang terbentuk mudah tersebut dicuci dan disaring. Sebagai pencuci digunakan
larutan asam nitrat (HNO3) encer. Air tidak dapat digunakan sebagai
pencuci. Perak klorida yang terbentuk
disaring melalui sintered-glass crucible, bukan dengan kertas saring karena AgCl mudah
direduksi menjadi Ag bebas oleh karbon
dalam kertas saring selama pembakaran kertas saring.
Tujuan :
Menetapkan kadar klorida dalam suatu sampel
dengan cara mengendapkan ion khlorida
yang ada dalam sampel menggunakan perak nitrat (AgNO3).
Cara kerja :
1. Dapatkan
sampel yang mengandung ion klorida yang larut dan keringkan dalam oven sekitar 1 jam dengan suhu 1100 C.
2. Dinginkan
dalam desikator
3. Timbang
sekitar 0,4 – 0,7 gram sampel tersebut di dalam beaker glass 400 ml.
4. Tambahkan
150 ml aquades bebas khlorida dan 0,5 ml (10 tetes) asam nitrat (HNO3)
pekat.
5. Aduk
sampai merata dengan batang pengaduk dan tinggalkan batang pengaduk pada beaker glass.
6. Anggap
sampel tersebut adalah NaCl murni dan
hitung milimol AgNO3 yang dibutuhkan
untuk mengendapkan.
Contoh :
410 mg sampel = 410/58,5 = 7 mmol NaCl
7 mmol NaCl = 7 mmol AgNO3
Jika tersedia larutan AgNO3
0,5 M, maka larutan AgNO3 0,5 M
yang diperlukan 7/0,5 = 14 ml
7. Tambahkan
larutan AgNO3 tersebut secara perlahan- lahan sambil diaduk dan
lebihkan 10% penambahan larutan AgNO3.
8. Panaskan
beaker sampai hampir mendidih sambil diaduk terus menerus. Hindarkan beaker dari
sinar matahari langsung.
9. Tambahkan
satu dua tetes larutan AgNO3 untuk mengetahui apakah semua khlorida
dalam sampel telah diendapkan atau belum. Bila dengan penambahan larutan
menjadi keruh, tambahkan lagi AgNO3 dan panaskan kembali. Dan perlu diperiksa
kembali dengan penambahan satu- dua tetes larutan AgNO3.
10. Dinginkan larutan dan tutup dengan kaca arloji
sekitar satu jam.
Penyaringan dan
Penimbangan
·
Tempatkan sintered – glass crucible
(yang telah ditimbang) pada perlengkapan penghisap.
·
Tuangkan larutan sampel yang telah
diendapkan ion kloridanya ke crucible.
·
Cuci endapan dengan larutan HNO3
encer (0,6 ml HNO3 pekat dalam 200 ml), juga sisa yang ada dalam
beaker glass beberapa kali. - Keringkan
endapan didalam oven selama 2 jam dengan suhu 1100 C.
·
Dinginkan dalam desikator
·
Timbang endapan yang telah dingin
·
Hitung
kadar khlorida dalam sampel menggunakan BA Cl = 35,45 dan BM AgCl = 143,32.
Berat endapan AgCl (gram) x BA
Cl / BM AgCl x 100%
Kadar
Cl (%) =
________________________________________________
Berat sample (gram)
8.2. PENENTUAN
ALUMUNIUM
Prinsip :
Alumunium bereaksi dengan pereaksi pengendap
organik, yaitu 5-hydroxy- quinoline
untuk membentuk kelat tak larut, alumunium oxinat pada pH sekitar 4,5 – 9,5.
Al3+ + 3C9H6(OH)N →
Al[C9H6(O-)N:]
+ 3 H+
Pengendapan dapat terbentuk secara sempurna
jika pH larutan tidak dibawah 4,5. Satu keuntungan dari penggunaan pengendap
organik adalah pada pengeringan dapat digunakan suhu rendah. Aseton perlu
ditambahkan untuk menghindari adanya coprecipitation.
Tujuan :
Untuk menentukan kadar alumunium dalam suatu
sampel dengan cara mengendapkan alumunium dalam sampel dengan pereaksi.
Cara Kerja :
1. Dapatkan
sampel alum, AlK(SO4)2.12H2O, tetapi jangan
dikeringkan. Timbang sekitar 0,3 – 0,4 gram sampel alum dalam beaker glass 250
ml.
2. Tambahkan
50 ml aquades, 60 ml aseton, 4 ml, -8-hydroxyquinoline 5% dan 40 ml amonium asetat 2M kedalam sampel. Panaskan/uapkan
aseton yang ada dalam sampel diatas hotplate atau water bath pada suhu sekitar
700C selama 2-3 jam. Endapan akan tampak setelah 15 menit (suhu harus dijaga
tetap sekitar 700C selama pemanasan). Setelah 2-3 jam larutan didinginkan (tahap
ini harus dilakukan pada waktu yang sama).
Penyaringan dan Penimbangan
·
Tempat crucible (yang telah ditimbang
dan dibersihkan) pada perlengkapan penghisap.
·
Tuangkan larutan dan endapan yang
berbentuk kedalam crucible dan cuci beberapa kali beaker glass dengan aquades.
·
Keringkan endapan bersama crucible
didalam oven selama 2,5 jam dengan suhu 1350 oC.
·
Dinginkan 0,5 jam dan keringkan lagi 0,5
jam sampai tercapai berat konstan.
·
Hitung kadar Al dalam sampel sebagai Al
atau Al2O3.
Berat endapan Al[C9H6(O-)N:] x
BA Al / BM Al[C9H6(O-)N:] x
100%
(gram)
Kadar
Al (%) =
___________________________________________________________
Berat sample
(gram)
8.3. PENENTUAN SULFAT
Prinsip :
Sulfat dapat ditentukan dengan cara mengendapkannya
dengan barium khlorida (BaCl2) untuk membentuk endapan barium sulfat
(BaSO4).Partikel endapan BaSO4 terlalu kecil untuk
disaring sehingga perlu didigest untuk membentuk kristal yang lebih besar.
Proses ini menghasilkan kristal yang sukar larut.
Sumber kesalahan berasal dari coprecipitation
dari beberapa kation seperti kalium dan
besi (II). Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut dapat diatasi
dengan cara menambahkan larutan sampel
yang panas kedalam larutan BaCl2 panas. Hal ini akan mengurangi adanya coprecipitation.
Tujuan :
Menentukan kadar sulfat dalam suatu sampel
dengan cara mengendapkan sulfat tersebut dengan pereaksi pengendap BaCl2.
Cara kerja :
1. Keringkan
sampel yang mengandung sulfat didalam oven selama 1 jam dengan suhu 110oC.
2. Keringkan juga porselin crucible didalam oven
sampai mencapai berat konstan.
3. Timbang sekitar 0,3 – 0,5 gram sampel yang
telah dingin didalam beaker glass 600 ml.
4. Larutkan
sampel dengan 150 ml aquades dan tambah 2 ml HCl pekat.
5. Panaskan
mendekati titik didih.
6. Anggap
bahwa sampel adalah Na2SO4 murni dan hitung milimol BaCl2
yang diperlukan untuk mengendapkan semua sulfat tersebut.
Contoh :
426
gram sampel = 426/142 = 3 mmol Na2SO4
3 mmol Na2SO4 = 3
mmol BaCl2
Jika tersedia larutan BaCl2
0,2M, maka BaCl2 0,2M yang
diperlukan = 3/0,2 = 15 ml.
·
Tambahkan 50 ml kedalam volume tertentu
dari larutan BaCl2 dan panaskan hampir mendidih.
·
Sambil diaduk terus, tambahkan larutan
sampel panas terlahan-lahan. Biarkan endapan terbentuk sempurna.
·
Tambahkan beberapa tetes BaCl2
untuk melengkapi endapan yang terbentuk
·
Setelah pengendapan lengkap, tutup
beaker dengan gelas/kaca arloji. Diges endapan yang terbentuk dengan suhu
dibawah titik didih.
·
Setelah dingin, endapan disaring dengan kertas
bebas abu (Whatmann 40).
·
Cuci beberapa kali dengan aquades
hangat.
·
Lipat kertas saring dan taruh didalam
crucible yang telah ditimbang
·
Panaskan dengan burner tetapi harus
cukup udara selama pemanasan sampai kertas saring telah hangat.
·
Keringkan dalam tanur sekitar 1 jam atau
sampai mencapai berat konstan
·
Percobaan dilakukan 3 kali.
·
Hitung kadar sulfat (SO4)
yang ada dalam sampel
·
8.4. PENENTUAN KALIUM
Prinsip :
Kalium (K) dapat ditentukan secara
gravimetri dengan cara mengendapkannya menggunakan
natrium tetra fenil boron, (NaB(C6H5)4)
sebagai pereaksi pengendap. Endapan yang
terbentuk berupa kalium tetra fenil boron, KB(C6H5)4,
tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti aseton.
K+ +
NaB(C6H5)4 →
KB(C6H5)4 +
Na+
Endapan dapat terbentuk dalam suasana yang
sangat dingin dan sangat asam.
Tujuan :
Penentuan kadar K dalam air laut secara
gravimetri dengan pereaksi pengendap natrium tetrafenil boron NaB(C6H5)4.
Cara Kerja :
1. Dipipet
25,00 ml sampel air laut kedalam labu erlenmeyer 100 ml.
2. Ditambah
3,0 ml HCl pekat
3. Ditaruh
didalam ice-water bath selama 10 menit.
4. Sekitar
10 ml larutan NaB(C6H5)4 1% dingin ditambahkan kedalam larutan
diatas.
5. Kocok
sehingga merata sambil menutup erlenmeyer.
6. Taruh
kembali dalam ice-water bath beberapa menit.
7. Endapan
yang terbentuk disaring dengan sintered-glass crucible porosity no.4(yang telah
ditimbang). Sisa endapan dan larutan yang ada pada erlenmeyer dicuci beberapa
kali dengan air dingin dan dituangkan melalui crucible.
8. Crucible
yang berisi endapan dikeringkan dalam oven dengan suhu 120oC sampai
mencapai berat konstan
9. Endapan
yang terbentuk dapat dihitung
10. Percobaan
ini dilakukan 3 kali
11. Hitung
kadar kalium (K) dalam sampel tersebut.
Faktor
konversi : 1 gram endapan = 0,1091 gram
K.
Berat
endapan KB(C6H5)4 (gram) x BA K /
BM KB(C6H5)4
x 100%
Kadar K
( % ) =
__________________________________________________________
Berat
sample (gram)
Langganan:
Postingan (Atom)