Kamis, 12 September 2013

TERMOKIMIA



BAB II
TERMOKIMIA


A.     Termodinamika pertama

1). Hukum Kekekalan Energi
·   “ Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari 1 bentuk energi ke bentuk energi yang lain. “
·   Energi alam semesta adalah tetap, sehingga energi yang terlibat dalam suatu proses kimia dan fisika hanya merupakan perpindahan atau perubahan bentuk energi.
·   Contoh perubahan energi :
a.       Energi radiasi diubah menjadi energi panas.
b.      Energi potensial diubah menjadi energi listrik.
c.       Energi kimia menjadi energi listrik.

2). Sistem dan Lingkungan
§  Sistem adalah bagian dari alam semesta yang menjadi pusat perhatian langsung dalam suatu percobaan tertentu.
§  Lingkungan adalah bagian lain dari alam semesta yang terdapat di luar sistem.
                                                         
§  Secara umum terdapat 3 jenis sistem :
                                       
a.       Sistem terbuka.
Suatu sistem dimana dapat terjadi perpindahan materi dan energi dengan lingkungannya.
Contoh : kopi panas dalam gelas terbuka, akan melepaskan panas dan uap air ke lingkungannya.
b.      Sistem tertutup.
Suatu sistem dimana hanya dapat terjadi perpindahan energi ke lingkungannya tetapi tidak dapat terjadi perpindahan materi.
Contoh : kopi panas dalam gelas tertutup, dapat melepaskan panas / kalor ke lingkungannya tetapi tidak ada uap air yang hilang.
c.       Sistem terisolasi.
Suatu sistem dimana tidak dapat terjadi perpindahan materi maupun energi ke lingkungannya.
Contoh : kopi panas dalam suatu termos.

3).  Energi dan Entalpi
o   Sesuai dengan Hukum Termodinamika I, yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi energi hanya dapat diubah dari 1 bentuk energi ke bentuk energi yang lain, maka jumlah energi yang diperoleh oleh sistem akan = jumlah energi yang dilepaskan oleh lingkungan. Sebaliknya, jumlah energi yang dilepaskan oleh sistem akan = jumlah energi yang diperoleh oleh lingkungan.
o   Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja ( w ) atau menghasilkan panas / kalor ( q ).
o   Energi yang dimiliki oleh sistem dapat berupa energi kinetik ( berkaitan dengan gerak molekul sistem ) maupun energi potensial.
o   Energi dalam ( E ) adalah jumlah energi yang dimiliki oleh suatu  zat atau sistem.
o   Perpindahan energi antara sistem dan lingkungan terjadi dalam bentuk kerja ( w ) atau dalam bentuk kalor ( q ).
o   Tanda untuk kerja ( w ) dan kalor ( q ) :
v  Sistem menerima kerja, w  bertanda ( + ).
v  Sistem menerima kalor, q bertanda ( + ).
v  Sistem melakukan kerja, w  bertanda ( - ).
v  Sistem membebaskan kalor, q bertanda ( - ).
o   Energi dalam ( E ) termasuk fungsi keadaan yaitu besaran yang harganya hanya bergantung pada keadaan sistem, tidak pada asal-usulnya. Keadaan suatu sistem ditentukan oleh jumlah mol ( n ), suhu ( T ) dan tekanannya ( P ).
o   Energi dalam juga termasuk sifat ekstensif yaitu sifat yang bergantung pada jumlah zat.
o   Misalnya : jika E dari 1 mol air = y kJ maka E dalam 2 mol air ( T,P ) = 2y kJ.

                        
                                    
               
                             
o   Nilai energi dalam dari suatu zat tidak dapat diukur, tetapi yang diperlukan dalam termokimia hanyalah perubahan energi dalam    (  DE ).
DE = E2 – E1
E1    = energi dalam pada keadaan awal
E2  = energi dalam pada keadaan akhir

o   Untuk reaksi kimia :
DE = Ep – Er
Ep    = energi dalam produk
Er   = energi dalam reaktan

4).  Kerja ( w )
Kerja yang dilakukan oleh sistem :
w  = - F. s   ( kerja = gaya x jarak )
F = P. A
maka :
w  = - ( P. A ) . h
w  = - P. ( A . h )
w  = - P. DV
Satuan kerja            = L. atm
1 L. atm      = 101,32 J
Contoh :
Hitunglah besarnya kerja ( J ) yang dilakukan oleh suatu sistem yang mengalami ekspansi melawan P = 2 atm dengan perubahan V = 10 L !
Jawaban :
w    = - P. DV
      = - 2 atm x 10 liter
      = - 20 L.atm = - 2.026,4 J
5).  Kalor ( q )
Ø  Kalor adalah energi yang berpindah dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya, karena adanya perbedaan suhu yaitu dari suhu lebih tinggi ke suhu lebih rendah.
Ø  Perpindahan kalor akan berlangsung sampai suhu antara sistem dan lingkungannya sama.
Ø  Meskipun kita mengatakan bahwa sistem “ menerima “ atau “ membebaskan “ kalor, tetapi sistem tidak mempunyai energi dalam bentuk   “ kalor “.
Ø  Energi yang dimiliki sistem adalah energi dalam ( E ), yaitu energi kinetik dan potensial.
Ø  Perpindahan kalor terjadi ketika molekul dari benda yang lebih panas bertumbukan dengan molekul dari benda yang lebih dingin.
Ø  Satuan kalor = kalori ( kal ) atau joule ( J ).
1 kal  = 4, 184 J
Ø  Mengukur jumlah kalor :
q = m x c x DT
atau
q = C x DT    ;  q  = m x L
dengan :
q    = jumlah kalor ( J )
m   = massa zat ( g )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
c    = kalor jenis ( J / g.oC ) atau ( J / g. K )
C    = kapasitas kalor ( J / oC ) atau ( J / K )
L    = kalor laten ( J / g ) = kalor peleburan / pelelehan dan kalor penguapan.
Contoh :
Berapa joule diperlukan untuk memanaskan 100 gram air dari 25 oC menjadi 100 oC? ( kalor jenis air = 4,18 J / g.K )
Jawaban :
q = m x c x DT
 = 100 x 4,18 x ( 100 – 25 ) = 31.350 J = 31, 35 kJ.



Ø  Hubungan antara E, q dan w :
DE = q + w
w  = P. DV
a.       Jika reaksi berlangsung pada sistem terbuka dengan tekanan ( P ) tetap maka :
DE = qp + w
Contoh :
Suatu reaksi eksoterm mempunyai harga DE = - 100 kJ. Jika reaksi berlangsung pada P tetap dan V sistem bertambah, maka sebagian DE tersebut digunakan untuk melakukan kerja. Jika jumlah kerja yang dilakukan sistem = - 5 kJ, maka :
qp   = DE – w
= -100 kJ – ( -5 kJ ) = - 95 kJ

b.       Jika reaksi berlangsung pada sistem tertutup dengan volume tetap ( DV  = 0 ) artinya = sistem tidak melakukan kerja              ( w = 0 ).
DE = qv + w
DE = qv + 0
DE = qv
Hal ini berarti bahwa semua perubahan energi dalam ( DE ) yang berlangsung pada sistem tertutup akan muncul sebagai kalor.
Contoh :
Suatu reaksi yang berlangsung pada V  tetap disertai penyerapan kalor = 200 kJ. Tentukan nilai DE, q dan w  reaksi itu!
Jawaban :
Sistem menyerap kalor, artinya q = + 200 kJ.
Reaksi berlangsung pada V tetap, w = 0 kJ.
DE  = qv + w
= + 200 kJ + 0 kJ = + 200 kJ





6).  Entalpi ( H )
o   Untuk menyatakan kalor reaksi pada tekanan tetap (qp ) digunakan besaran yang disebut Entalpi ( H ).
H    = E + ( P.V )
DH       = DE + ( P. DV )
DH = (q + w ) + ( P. DV )
DH = qp – ( P. DV ) + ( P. DV )
DH = qp

o   Untuk reaksi kimia :
DH = Hp – Hr
Hp   = entalpi produk
Hr  = entalpi reaktan

o   Contoh :
Suatu reaksi yang berlangsung pada P  tetap disertai pelepasan kalor = 200 kJ dan sistem melakukan kerja sebanyak 5 kJ. Tentukan nilai DH, DE, q dan w  reaksi itu!
Jawaban :
Sistem melepaskan kalor, artinya q = - 200 kJ.
Sistem melakukan kerja, artinya w = - 5 kJ.
DE = qp  + w
DE       = - 200 kJ – 5 kJ = - 205 kJ
DH = qp = - 200 kJ
o   Kesimpulan :
Reaksi pada tekanan tetap         : qp  = DH ( perubahan entalpi )
Reaksi pada volume tetap          : qv  = DE ( perubahan energi dalam )
7).  Reaksi Endoterm dan Eksoterm
v  Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem ( kalor diserap oleh sistem dari lingkungannya ); ditandai dengan adanya penurunan suhu lingkungan di sekitar sistem.
v  Reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan ( kalor dibebaskan oleh sistem ke lingkungannya ); ditandai dengan adanya kenaikan suhu lingkungan di sekitar sistem.
v  Reaksi eksoterm pada umumnya berlangsung spontan, sedangkan reaksi endoterm tidak.
v  Pada reaksi endoterm : DH        = Hp – Hr > 0 ( bertanda positif )
v  Pada reaksi eksoterm : DH        = Hp – Hr < 0 ( bertanda negatif )
v  Diagram tingkat energinya :

                          


8).  Persamaan Termokimia
§  Adalah persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya ( DH ).
§  Nilai DH yang dituliskan di persamaan termokimia, disesuaikan dengan stoikiometri reaksinya, artinya = jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi kimia = koefisien reaksinya; ( fase reaktan maupun produk reaksinya harus dituliskan).
§  Contoh :
Pada pembentukan 1 mol air dari gas hidrogen dengan oksigen pada 298 K, 1 atm dilepaskan kalor sebesar 285, 5 kJ.
Persamaan termokimianya :
Jika koefisien dikalikan 2, maka harga DH reaksi juga harus dikalikan 2.
§  Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menuliskan persamaan termokimia :
a.       Koefisien reaksi menunjukkan jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi.
b.       Ketika persamaan reaksinya dibalik ( mengubah letak reaktan dengan produknya ) maka nilai DH tetap sama tetapi tandanya berlawanan.
c.       Jika kita menggandakan kedua sisi persamaan termokimia dengan faktor y maka nilai DH juga harus dikalikan dengan faktor y tersebut.
d.       Ketika menuliskan persamaan reaksi termokimia, fase reaktan dan produknya harus dituliskan.

9).  Jenis-Jenis Perubahan Entalpi
o   Perubahan entalpi yang diukur pada suhu 25 oC dan tekanan 1 atm ( keadaan standar) disebut perubahan entalpi standar ( dinyatakan dengan tanda DHo atau DH298 ).
o   Perubahan entalpi yang tidak merujuk pada kondisi pengukurannya dinyatakan dengan lambang DH saja.
o   Entalpi molar = perubahan entalpi tiap mol zat ( kJ / mol ).
o   Perubahan entalpi, meliputi :
a.       Perubahan Entalpi Pembentukan Standar ( DHf o ) = kalor pembentukan
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada suhu dan tekanan standar ( 25 oC, 1 atm ). Entalpinya bisa dilepaskan maupun diserap. Satuannya adalah kJ / mol.
Bentuk standar dari suatu unsur adalah bentuk yang paling stabil dari unsur itu pada keadaan standar ( 298 K, 1 atm ).
Jika perubahan entalpi pembentukan tidak diukur pada keadaan standar maka dinotasikan dengan DHf
Contoh :

Catatan :
o   DHf unsur bebas = nol
o   Dalam entalpi pembentukan, jumlah zat yang dihasilkan adalah 1 mol.
o   Dibentuk dari unsur-unsurnya dalam bentuk standar.

b.      Perubahan Entalpi Penguraian Standar ( DHd o )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur-unsur penyusunnya pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHd. Satuannya = kJ / mol.
Perubahan entalpi penguraian standar merupakan kebalikan dari perubahan entalpi pembentukan standar, maka nilainya pun akan berlawanan tanda.
Menurut Marquis de Laplace, “ jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan senyawa dari unsur-unsur penyusunnya = jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa tersebut menjadi unsur-unsur penyusunnya. “ Pernyataan ini disebut Hukum Laplace.
Contoh :
Diketahui DHf o H2O(l) = -286 kJ/mol, maka entalpi penguraian H2O(l) menjadi gas hidrogen dan gas oksigen adalah +286 kJ/mol.

c.       Perubahan Entalpi Pembakaran Standar ( DHc o )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pembakaran 1 mol suatu zat secara sempurna pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHc. Satuannya = kJ / mol.
Contoh :



d.      Perubahan Entalpi Netralisasi Standar ( DHn o )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada penetralan 1 mol asam oleh basa atau 1 mol basa oleh asam pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHn. Satuannya = kJ / mol.
Contoh :
DHn reaksi = -200 kJ
DHn NaOH = -200 kJ / 2 mol  =  -100 kJ/mol
DHn H2SO4 = -200 kJ / 1 mol  =  -200 kJ/mol

e.       Perubahan Entalpi Penguapan Standar ( DHovap)
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi fase gas pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHvap. Satuannya = kJ / mol.
Contoh :

f.        Perubahan Entalpi Peleburan Standar ( DHofus )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pencairan / peleburan 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat dalam fase cair pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHfus. Satuannya = kJ / mol.
Contoh :

g.      Perubahan Entalpi Sublimasi Standar ( DHosub )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada sublimasi 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat dalam fase gas pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHsub. Satuannya = kJ / mol.
Contoh :

h.      Perubahan Entalpi Pelarutan Standar ( DHosol )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi ketika 1 mol zat melarut dalam suatu pelarut ( umumnya air ) pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHsol. Satuannya = kJ / mol.
Contoh :



10). Penentuan Perubahan Entalpi ( DH )
a.       Kalorimetri
o   Adalah cara penentuan kalor reaksi dengan menggunakan kalorimeter.
o   Perubahan entalpi adalah perubahan kalor yang diukur pada tekanan konstan.
o   Untuk menentukan perubahan entalpi dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan perubahan kalor yang dilakukan pada tekanan konstan.
o   Perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada reaksi tersebut.
o   Pengukuran perubahan kalor dapat dilakukan dengan alat yang disebut kalorimeter.
o   Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi ( tidak ada perpindahan materi maupun energi dengan lingkungan di luar kalorimeter ).
o   Rumus yang digunakan adalah :
q = m x c x DT
qkalorimeter  = C x DT
dengan :
q    = jumlah kalor ( J )
m   = massa zat ( g )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
c    = kalor jenis ( J / g.oC ) atau ( J / g. K )
C    = kapasitas kalor ( J / oC ) atau ( J / K )
o   Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi = kalor yang diserap / dibebaskan oleh larutan dan kalorimeter, tetapi tandanya berbeda.
qreaksi = - (qlarutan  + qkalorimeter )






Beberapa jenis kalorimeter :
1)       Kalorimeter Bom
o   Merupakan kalorimeter yang khusus digunakan untuk menentukan kalor dari reaksi-reaksi pembakaran.
o   Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bom ( tempat berlangsungnya reaksi pembakaran, terbuat dari bahan stainless steel  dan diisi dengan gas oksigen pada tekanan tinggi ) dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah yang kedap panas.
o   Reaksi pembakaran yang terjadi di dalam bom, akan menghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom.
o   Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka :
qreaksi = - (qair  + qbom )

o   Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :
qair  = m x c x DT
dengan :
m   = massa air dalam kalorimeter ( g )
c    = kalor jenis air dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )


o   Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :
qbom   = Cbom x DT
dengan :
Cbom           = kapasitas kalor bom ( J / oC ) atau ( J / K )
DT    = perubahan suhu ( oC atau K )

o   Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung pada volume tetap ( DV = nol ). Oleh karena itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem = perubahan energi dalamnya.
DE = q + w dimana             w  = - P. DV  ( jika DV = nol maka w  = nol )
maka
DE  = qv



Contoh soal :
Suatu kalorimeter bom berisi 250 mL air yang suhunya 25oC, kemudian dibakar 200 mg gas metana. Suhu tertinggi yang dicapai air dalam kalorimeter = 35oC. Jika kapasitas kalor kalorimeter = 75 J / oC dan kalor jenis air = 4,2 J / g.oC, berapakah DHc gas metana?
Jawaban :
qair     = m x c x DT
                     = ( 250 ) x ( 4,2 ) x ( 35 - 25 )
                     = 10.500 J

qbom   = Cbom x DT
                     = ( 75 ) x (  35 – 25 )
                     = 750 J

qreaksi = - (qair  + qbom )
qreaksi = - ( 10.500 J + 750 J )
                     = - 11.250 J = - 11,25 kJ

200 mg CH4      = 0,2 g CH4 = ( 0,2 / 16 ) mol = 0,0125 mol
DHc CH4    = ( - 11,25 kJ / 0,0125 mol ) = - 900 kJ / mol ( reaksi eksoterm )

2)       Kalorimeter Sederhana
o   Pengukuran kalor reaksi; selain kalor reaksi pembakaran dapat dilakukan dengan menggunakan kalorimeter pada tekanan tetap yaitu dengan kalorimeter sederhana yang dibuat dari gelas stirofoam.
o   Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk mengukur kalor reaksi yang reaksinya berlangsung dalam fase larutan ( misalnya reaksi netralisasi asam – basa / netralisasi, pelarutan dan pengendapan ).
o   Pada kalorimeter ini, kalor reaksi = jumlah kalor yang diserap / dilepaskan larutan sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan; diabaikan.
qreaksi          = - (qlarutan  + qkalorimeter )
qkalorimeter     = Ckalorimeter x DT
dengan :
Ckalorimeter  = kapasitas kalor kalorimeter ( J / oC ) atau ( J / K )
DT  = perubahan suhu ( oC atau K )
o   Jika harga kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil; maka dapat diabaikan sehingga perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada kenaikan suhu larutan dalam kalorimeter.
qreaksi    = - qlarutan  
qlarutan   = m x c x DT
dengan :
m   = massa larutan dalam kalorimeter ( g )
c    = kalor jenis larutan dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT             = perubahan suhu ( oC atau K )
o   Pada kalorimeter ini, reaksi berlangsung pada tekanan tetap (DP = nol ) sehingga perubahan kalor yang terjadi dalam sistem = perubahan entalpinya.
DH = qp
Contoh soal :
Sebanyak 50 mL ( = 50 gram ) larutan HCl 1 M bersuhu 27 oC dicampur dengan 50 mL ( = 50 gram ) larutan NaOH 1 M bersuhu 27 oC dalam suatu kalorimeter gelas stirofoam. Suhu campuran naik sampai 33,5 oC. Jika kalor jenis larutan = kalor jenis air = 4,18 J / g.K. Tentukan perubahan entalpinya!
Jawaban :
qlarutan   = m x c x DT
                        = ( 100 ) x ( 4,18 ) x ( 33,5 – 27 )
                        = 2.717 J

Karena kalor kalorimeter diabaikan maka :
qreaksi    = - qlarutan  
                        = - 2.717 J
Jumlah mol ( n ) HCl      = 0,05 L x 1 mol / L = 0,05 mol
Jumlah mol ( n ) NaOH = 0,05 L x 1 mol / L = 0,05 mol
Oleh karena perbandingan jumlah mol pereaksi = perbandingan koefisien reaksinya maka campuran tersebut adalah ekivalen.
DH harus disesuaikan dengan stoikiometri reaksinya, sehingga :
q (1 mol HCl + 1 mol NaOH )     = ( 1 / 0,05 ) x ( – 2.717 J )
                                             = - 54.340 J = - 54,34 kJ
Jadi DH reaksi = qreaksi = - 54,34 kJ
Persamaan termokimianya :


b.      Hukum Hess
o   Pengukuran perubahan entalpi suatu reaksi kadangkala tidak dapat ditentukan langsung dengan kalorimeter, misalnya penentuan perubahan entalpi pembentukan standar ( DHf o )CO.
Reaksinya :
o   Reaksi pembakaran karbon tidak mungkin hanya menghasilkan gas CO saja tanpa disertai terbentuknya gas CO2. Jadi, bila dilakukan pengukuran perubahan entalpi dari reaksi tersebut; yang terukur tidak hanya reaksi pembentukan gas CO saja tetapi juga perubahan entalpi dari reaksi pembentukan gas CO2.
o   Untuk mengatasi hal tersebut, Henry Hess  melakukan serangkaian percobaan dan menyimpulkan bahwa perubahan entalpi suatu reaksi merupakan fungsi keadaan.
o   Artinya : “ perubahan entalpi suatu reaksi hanya tergantung pada keadaan awal ( zat-zat pereaksi ) dan keadaan akhir ( zat-zat hasil reaksi ) dari suatu reaksi dan tidak tergantung pada jalannya reaksi. “  Pernyataan ini disebut Hukum Hess.
o   Berdasarkan Hukum Hess, penentuan DH dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu :
1).  Perubahan entalpi ( DH ) suatu reaksi dihitung melalui penjumlahan dari perubahan entalpi beberapa reaksi yang berhubungan.
Contoh :
Reaksi pembakaran gas hidrogen akan menghasilkan air, menurut persamaan reaksi :
 
Reaksi tersebut dapat berlangsung melalui 2 tahap :
Jika kedua reaksi tersebut dijumlahkan maka diperoleh :





Gambar Siklus Hess :

Gambar Diagram Entalpi ( Tingkat Energi ) :
Contoh Soal :
Diketahui :
Tentukan perubahan entalpi ( DH ) dari reaksi berikut ini :

Jawaban :


2).  Perubahan entalpi ( DH ) suatu reaksi dihitung berdasarkan selisih entalpi pembentukan ( DHf o ) antara produk dan reaktan.
Secara umum, untuk reaksi :
Contoh :
Diketahui :
DHf o metanol [ CH4O( l ) ] = - 238,6 kJ / mol
DHf o CO2( g ) = - 393,5 kJ / mol
DHf o H2O( l ) = - 286 kJ / mol
a). Tentukan entalpi pembakaran metanol membentuk gas CO2 dan air.
b). Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 8 gram metanol ( Ar.H = 1; C = 12; O = 16 )
Jawaban :
Reaksi pembakaran metanol :
b). 8 gram CH4O = ( 8 / 32 ) mol = 0,25 mol.
              Jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 8 gram CH4O adalah = 0,25 mol x 726,9 kJ / mol = 181,725 kJ

3).  Perubahan entalpi ( DH ) suatu reaksi dihitung berdasarkan data energi ikatan.
Energi ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan kimia dalam 1 mol suatu molekul / senyawa berwujud gas menjadi atom-atomnya. Lambang energi ikatan = D
Energi ikatan rerata pada ikatan rangkap 3 > ikatan rangkap 2 > ikatan tunggal
Suatu reaksi yang DH–nya ditentukan dengan menggunakan energi ikatan, maka atom-atom yang terlibat dalam reaksi harus berwujud gas.
Berdasarkan jenis dan letak atom terhadap atom-atom lain dalam molekulnya, dikenal 3 jenis energi ikatan yaitu :
a.       Energi Atomisasi.
Adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan semua ikatan 1 mol molekul menjadi atom-atom bebas dalam keadaan gas.
Energi atomisasi = jumlah seluruh ikatan atom-atom dalam 1 mol senyawa.
Contoh :
Pada molekul NH3 terdapat 3 ikatan N – H. Sementara itu, energi ikatan N – H = 93 kkal / mol sehingga energi atomisasinya = 3 x 93 kkal / mol = 297 kkal / mol.

b.      Energi Disosiasi Ikatan.
Adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan salah 1 ikatan yang terdapat pada suatu molekul atau senyawa  dalam keadaan gas.
Contoh :
Energi disosiasi untuk melepas 1 atom H dari molekul CH4 = 431 kJ.

c.       Energi Ikatan Rata-Rata.
Adalah energi rerata yang diperlukan untuk memutuskan ikatan atom-atom pada suatu senyawa ( notasinya = D ).
Contoh :
Dalam molekul CH4 terdapat 4 ikatan C - H .
Energi ikatan rerata C - H ( DC-H ) = ( 1668 / 4 ) kJ = 417 kJ
Energi ikatan suatu molekul yang berwujud gas dapat ditentukan dari data entalpi pembentukan standar (DHf ) dan energi ikat unsur-unsurnya. Prosesnya melalui 2 tahap yaitu :
o   Penguraian senyawa menjadi unsur-unsurnya.
o   Pengubahan unsur menjadi atom gas.
Contoh :
Diketahui :
DHf o CO(g)  = - 110,5 kJ / mol
DHf o C(g)  = 716,7 kJ / mol
D O=O =  495 kJ / mol
Tentukan energi ikatan C=O dalam gas CO!
Jawaban :
Reaksinya :
Reaksi tersebut dapat dituliskan melalui tahapan :
Jadi energi ikat C=O dalam gas CO = 1074,7 kJ / mol.

Reaksi kimia pada dasarnya terdiri dari 2 proses :
o   Pemutusan ikatan pada pereaksi.
o   Pembentukan ikatan pada produk reaksi.
Pada proses pemutusan ikatan         = memerlukan energi.
Pada proses pembentukan ikatan      = membebaskan energi.

Contoh :
Pada reaksi :

Secara umum dirumuskan :

Contoh :
Diketahui energi ikatan rerata :
C – H  =  413 kJ / mol
Cl – Cl  =  242 kJ / mol
C – Cl  =  328 kJ / mol
H – Cl  =  431 kJ / mol
Hitunglah DH reaksi :

Jawaban :
Pemutusan ikatan :
4 ikatan C – H  =  4 x 413 kJ / mol  =  1652 kJ / mol
1 ikatan Cl – Cl             =  1 x 242 kJ / mol  =  242 kJ / mol

Pembentukan ikatan :
3 ikatan C – H  =  3 x 413 kJ/ mol  =  1239 kJ / mol
1 ikatan C – Cl              =  1 x 328 kJ / mol  =  328 kJ / mol
1 ikatan H – Cl              =  1 x 431 kJ / mol  =  431 kJ / mol
DH       = ( 1652 + 242 ) – ( 1239 + 328 + 431 ) kJ / mol
DH       = ( 1894 – 1998 ) kJ / mol  =  - 104 kJ / mol

11). Kalor Pembakaran Bahan Bakar
Contoh :
LPG mengandung 40 % etana ( C2H6 )dan 60 % butana ( C4H10 ). Dalam 1 kg LPG mengandung :
( 40 % x 1000 ) gram etana = 400 gram etana
400 gram etana = ( 400 / 30 ) = 13,33 mol

( 60 % x 1000 ) gram butana = 600 gram butana
600 gram butana = ( 600 / 58 ) = 10,34 mol

Diketahui :
DHf o CO2(g)  = - 395,2 kJ / mol
DHf o H2O(g)  = - 286,9 kJ / mol
DHf o C2H6(g) = - 84,8 kJ / mol
DHf o C4H10(g) = - 114,3 kJ / mol
a). Reaksi pembakaran etana :
DHreaksi             = DHproduk - DHreaktan
                        = ( 2 x DHf o CO2 + 3 x DHf o H2O ) – ( 1x DHf o C2H6 +  0 )
                        = - 1.566,3 kJ / mol
Dalam 1 kg = ( - 1.566,3 kJ / mol x 13,33 mol ) = - 20.878,78 kJ

b). Reaksi pembakaran butana :
            DHreaksi   = ( 4 x DHf o CO2 +  5 x DHf o H2O ) – ( 1x DHf o C4H10 +  0 )
                        = - 2.901 kJ / mol
            Dalam 1 kg = ( - 2.901 kJ / mol x 10,34 mol ) = - 29.996,34 kJ
            Jadi, dalam setiap 1 kg LPG menghasilkan kalor sebesar = 20.878,78 kJ + 29.996,34 kJ = 50.875,12kJ

B.     TERMODINAMIKA KEDUA
Peristiwa sehari-hari
Peristiwa yang kerap terjadi di laboratorium

PERHATIKAN DUA GAMBAR DIATAS :
Peristiwa diatas adalah peristiwa yang tidak dapat balik meskipun pada proses pembalikan ini dapat terpenuhi dengan hokum termodinamika I .
Apakah ada yang salah dengan hukum termodinamika I (hukum
kekekalan energi)?
Tentu saja tidak!
Hukum termodinamika I tetap benar, namun perlupenjelasan lebih
lanjut mengapa proses-proses tersebut tidak bisa dibalik.
ÎMuncul formulasi hukumtermodinamika II.
Ada berbagai versi:
Versi yang paling sederhana (Clasius):
“Panas secara alamiah akan mengalir dari suhu tinggi ke rendah;
panas tidak akan mengalir secara spontan dari suhu rendah ke tinggi”
Sudah kita lihat dari siklus Carnot:
“Tidak mungkin dalam satu siklus terdapat efisiensi 100%”
Versi filosofis (lihat peristiwa sehari-hari):
“Dalam suatu sistem tertutup, tanpa campur tangan dari luar
ketidakteraturan akan selalubertambah.”
(Secara alamiah, proses akan cenderung ke arah tidak teratur)
Penerapan Hukum II Termodinamika- Hukum I termodinamika menyatakan bahwa energi adalah kekal, tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Energi hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Berdasarkan teori ini, Anda dapat mengubah energi kalor ke bentuk lain sesuka Anda asalkan memenuhi hukum kekekalan energi. Namun, kenyataannya tidak demikian. Energi tidak dapat diubah sekehendak Anda. Misalnya, Anda menjatuhkan sebuah bola besi dari suatu ketinggian tertentu. Pada saat bola besi jatuh, energi potensialnya berubah menjadi energi kinetik. Saat bola besi menumbuk tanah, sebagian besar energi kinetiknya berubah menjadi energi panas dan sebagian kecil berubah menjadi energi bunyi. Sekarang, jika prosesnya Anda balik, yaitu bola besi Anda panaskan sehingga memiliki energi panas sebesar energi panas ketika bola besi menumbuk tanah, mungkinkah energi ini akan berubah menjadi energi kinetik, dan kemudian berubah menjadi energi potensial sehingga bola besi dapat naik? Peristiwa ini tidak mungkin terjadi walau bola besi Anda panaskan sampai meleleh sekalipun. Hal ini menunjukkan proses perubahan bentuk energi di atas hanya dapat berlangsung dalam satu arah dan tidak dapat dibalik. Proses yang tidak dapat dibalik arahnya dinamakan proses irreversibel. Proses yang dapat dibalik arahnya dinamakan proses reversibel.
Peristiwa di atas mengilhami terbentuknya hukum II termidinamika. Hukum II termodinamika membatasi perubahan energi mana yang dapat terjadi dan yang tidak dapat terjadi. Pembatasan ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, antara lain, hukum II termodinamika dalam pernyataan aliran kalor: “Kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya”; hukum II termodinamika dalam pernyataan tentang mesin kalor: “Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi usaha luar”; hukum II termodinamika dalam pernyataan entropi: “Total entropi semesta tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketika proses ireversibel terjadi”.
Hukum II Termodinamika memberikan batasan-batasan terhadap perubahan energi yang mungkin terjadi dengan beberapa perumusan.
  1. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi energi atau usaha luas (Kelvin Planck).
  2. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus mengambil kalor dari sebuah reservoir rendah dan memberikan pada reservoir bersuhu tinggi tanpa memerlukan usaha dari luar (Clausius).
  3. Pada proses reversibel, total entropi semesta tidak berubah dan akan bertambah ketika terjadi proses irreversibel (Clausius).
a. Pengertian Entropi
Dalam menyatakan Hukum Kedua Termodinamika ini, Clausius memperkenalkan besaran baru yang disebut entropi (S). Entropi adalah besaran yang menyatakan banyaknya energi atau kalor yang tidak dapat diubah menjadi usaha. Ketika suatu sistem menyerap sejumlah kalor Q dari reservoir yang memiliki temperatur mutlak, entropi sistem tersebut akan meningkat dan entropi reservoirnya akan menurun sehingga perubahan entropi sistem dapat dinyatakan dengan persamaan
ΔS = Q/T
tersebut berlaku pada sistem yang mengalami siklus reversibel dan besarnya perubahan entropi (ΔS) hanya bergantung pada keadaan akhir dan keadaan awal sistem. Ciri proses reversibel adalah perubahan total entropi ( ΔS = 0) baik bagi sistem maupun lingkungannya. Pada proses irreversibel perubahan entropi semesta ΔSsemestea > 0 . Proses irreversibel selalu menaikkan entropi semesta.
ΔSsistem  + ΔSlingkungan = ΔSseluruhnya > 0

Hukum  termodinamika  I  merupakan  pernyataan  dari  hukum  kekekalan  energi  dan  t i dak
menyatakan  sesuatu  apapun  mengenai  arah  dari  proses  yang  berlangsung.
Proses termodinamika  i tu dapat berl angsung kedua arah  yai tu :
- Di ekspansikan (pengembangan)
- Di kompresikan (penekanan)
Hukum  Termodinamika  I  juga  belum  menjelaskan  kearah  mana  suatu  perubahan  keadaan  i tu
berjalan dan apakah perubahan  i tu reversible atau irreversible.
Dal am pengembangannya di terangkan dan dibahas dal am Hukum Termodinamika II
Jadi   :    Hukum  Termodinamika  II,  memberi kan  batasan-batasan  tentang  arah  yang  dijalani  suatu
proses,  dan  memberikan  kri teri a  apakah  proses  itu  reversible  atau  i rreversible  dan  salah  satu
akibat  dari   hukum  termodinamika  II  i alah  perkembangan  dari  suatu  sifat  phisik  alam  yang
di sebut entropi .
Perubahan entropi  → menentukan arah  yang dijalani   suatu proses.
Hukum Termodinamika II menyatakan : 
*  Ti dak  mungkin  panas  dapat  di rubah  menjadi   kerja  seluruhnya,  tetapi   sebaliknya  kerja      
dapat di rubah menjadi  panas.
atau :    Q ≠  W sel uruhnya
W → Q  (sama besarnya)
atau    untuk  mendapatkan  sejumlah  kerja  (W)  dari   suatu  si klus,  maka  kal or  (Q)  yang  harus
diberikan kepada sistem selalu  lebih  besar.
→ Q di serap   >   W sehingga, η si klus < 100 %.
*  Suatu  yang    bekerja  sebagai  sebagai  suatu  si klus  t i dak  dapat  memindahkan  kal or  (Q)  dari
bagian  yang  bertemperatur  rendah  ke  bagian  yang  bertemperatur  l ebih  tinggi,  tanpa
menimbulkan perubahan keadaan pada sistem  yang lain.
Dari   kedua  hal  tersebut  diatas,  menyatakan  tentang  arah  proses  perubahan  energi  dalam  dalam
bentuk panas ke  bentuk kerj a →  yang menyatakan  adanya pembatasan transformasi  energi .

Perumusan :
Kombinasi Hukum Termodinamika I dan II
Kembali ke hukum termodinamika I:
d'Q= dU+ d′W
Hukum termodinamika II mengungkapkan pada proses reversibel
antara dua kedaan seimbang:
d'Qr
= TdS
Pada proses reversibel untuk sistem PVT:
d'W= P dV
Sehingga dapat disimpulkan
T dS= dU+ P dV
Ækombinasi hukum termodinamika I dan II.
Untuk sistem lain, ekspresi P dVdiganti dengan yang sesuai.
Dari hal ini ada sejumlah besar relasi termodinamika yang dapat
diturunkan dengan memilih pasangan variabel bebas Tdan v, Tdan
P, atau Pdan v.
Kasus Tdan v independen:
Kita gunakan besaran spesifik (persatuan massa).
dengan memperhatikan bahwa ufungsi Tdan v,
Maka :
Atau dapat ditulis :
Maka :
Seterusnya apabila sditurunkan dua kali ke vdan Tdiperoleh
(detail harus dikerjakan oleh pembaca):
Karena     
   maka :

dan dapat dibuktikan dengan mudah bahwa:
Jelas sekali bahwa cP tidak akan pernah lebih kecil dari cv
.
Relasi lain dapat dibuktikan:
Kasus Tdan P independen:
Mulai dari h= u+ Pv, dapat dibuktikan sekian banyak relasi,
Diantaranya
Serta
b. Mesin Pendingin
Mesin yang menyerap kalor dari suhu rendah dan mengalirkannya pada suhu tinggi dinamakan mesin pendingin (refrigerator). Misalnya pendingin rungan (AC) dan almari es (kulkas). Perhatikan Gambar 9.9! Kalor diserap dari suhu rendah T2 dan kemudian diberikan pada suhu tinggi T1. Berdasarkan hukum II termodinamika, kalor yang dilepaskan ke suhu tinggi sama dengan kerja yang ditambah kalor yang diserap (Q1 = Q2 + W)
img2Gambar 9.9 Siklus mesin pendingin.
Hasil bagi antara kalor yang masuk (Q1) dengan usaha yang diperlukan (W) dinamakan koefisien daya guna (performansi) yang diberi simbol Kp. Secara umum, kulkas dan pendingin ruangan memiliki koefisien daya guna dalam jangkauan 2 sampai 6. Makin tinggi nilai Kp, makin baik kerja mesin tersebut.
Kp = Q2 /W
Untuk gas ideal berlaku:
Kp = (Q2/Q1-Q2) = (T2/T1-T2)
Keterangan
Kp : koefisien daya guna
Q1 : kalor yang diberikan pada reservoir suhu tinggi (J)
Q2 : kalor yang diserap pada reservoir suhu rendah (J)
W : usaha yang diperlukan (J)
T1 : suhu reservoir suhu tinggi (K)
T2 : suhu reservoir suhu rendah (K)

Contoh soal
Gambar di dibawah menunjukkan bahwa 1.200 J kalor mengalir secara spontan dari reservoir panas bersuhu 600 K ke reservoir dingin bersuhu 300 K. Tentukanlah jumlah entropi dari sistem tersebut. Anggap tidak ada perubahan lain yang terjadi.
 img1
Jawab
Diketahui Q = 1.200 J, T1 = 600 K, dan T2 = 300 K.
Perubahan entropi reservoir panas:
ΔS1 = Q1/T1 = -1.200J/600K = -2J/K
Perubahan entropi reservoir dingin:
ΔS2 = Q2/T2 = 1.200J/300K = 4J/K
Total perubahan entropi total adalah jumlah aljabar perubahan entropi setiap reservoir:
ΔSsistem = ΔS1 + ΔS2 = –2 J/K + 4 J/K = +2 J/K

Contoh Soal
Mesin pendingin ruangan memiliki daya 500 watt. Jika suhu ruang -3 oC dan suhu udara luar 27 oC, berapakah kalor maksimum yang diserap mesin pendingin selama 10 menit? (efisiensi mesin ideal).
Penyelesaian:
Diketahui: P = 600 watt (usaha 500 J tiap 1 sekon)
T1 = 27 oC = 27+ 273 = 300 K
T2 = -3 oC = -3 + 273 = 270 K
Ditanya: Q2 = … ? (t = 10 sekon)
Jawab:
Kp = T2/(T1-T2)
Q2/W = T2/(T1-T2)
Q2 = T2/(T1-T2)W = (270)(300-270)(500)=4.500J (tiap satu sekon)
Dalam waktu 10 menit = 600s
Q2=4.500 x 600 = 2,7×106 J

C.     TERMODINAMIKA KETIGA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar