Sabtu, 09 Juni 2012

jurnal metakognisi 2


by : tugas rina wati (A1C311205)

ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN METAKOGNITIF 
GURU MIPA MAN MUALIMIN YOGYAKARTA

Oleh: Yuni Wibowo
        Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY


Abstrak:

Telah  dilakukan  penelitian  analisis  tingkat  kemampuan  metakognitif  guru  MIPA
MAN  Mualimin  Yogyakarta  untuk  mengetahui  ukuran  dan  sebaran  kemampuan
metakognitif  guru-guru  MIPA  MAN  Mualimim  Yogyakarta  serta  hubungan
antara  tingkat  pendidikan  dan  lama  mengajar  dengan  kemampuan  metakognitif
tersebut.  Jenis  penelitian  ini  adalah  penelitian  survey  dengan  populasi  seluruh
responden  dalam  penelitian  ini.  Data  kemampuan  metakognitif  diukur  dengan
lembar  inventori  (MAI)  dan  dianalisis  secara  deskriptif.  Hasil  penelitian
menunjukkan  bahwa  kemampuan  metakognitif  guru-guru  MIPA  mualimin  telah
berkembang  dengan  baik  namun  belum  maksimal.  Aspek  pengetahuan
metakognitif lebih tinggi daripada regulasi metakognitif. 

Kata kunci: guru MIPA MAN Mualimin, kemampuan metakognitif

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menghadapi tantangan masa depan yang sangat berat dibutuhkan berbagai
keterampilan  untuk  dapat  berhasil.  Salah  satu  keterampilan  yang  dibutuhkan
berkaitan  dengan  keterampilan  metakognitif.  Keterampilan  metakognitif
merupakan  istilah  yang  dikenalkan  oleh  Flavell  (Slavin,  2000)  yang  berarti
kemampuan  untuk  memikirkan  tentang  bagaimana  cara  belajarnya.  Melalui
kemampuan  memikirkan  cara  belajarnya  dapat  diperoleh  informasi  bagaimana
keberhasilan  belajarnya  sehingga  dapat  diperbaiki  untuk  pembelajaran
selanjutnya. 
Menurut  Imel  (2002),  keterampilan  metakognitif  sangat  diperlukan  untuk
kesuksesan  belajar,  mengingat  keterampilan  metakognitif  memungkinkan  siswa
untuk  mampu  mengelola  kecakapan  kognitif  dan  mampu  melihat  kelemahannya
sehingga  dapat  dilakukan  perbaikan  pada  tindakan-tindakan  berikutnya.  Lebih
lanjut, dinyatakan bahwa siswa yang menggunakan keterampilan metakognitifnya
memiliki  prestasi  yang  lebih  baik  dibandingkan  siswa  yang  tidak  menggunakan
keterampilan  metakognitifnya.  Hal  ini  karena  keterampilan  metakognitif memungkinkan  siswa  untuk  melakukan  perencanaan,  mengikuti  perkembangan,
dan memantau proses belajarnya.
Kemampuan  metakognitif  sangat  penting  dimiliki  oleh  setiap  siswa,
karena  berkaitan  dengan  kedewasaan  dan  kemandirian  dalam  belajar.  Guru
merupakan  komponen  yang  sangat  penting  dalam  menentukan  keberhasilan
proses  pembelajaran.  Oleh  karena  itu,  ketrampilan  metakognitif  juga  perlu
dikuasai  oleh  guru  agar  siswanya  dapat  memiliki  ketrampilan  metakognitif  yang
tinggi. 
Sejauh ini, informasi tentang pengetahuan matakognitif siswa telah banyak
dilakukan penelitian. Namun, informasi tentang  metakognitif  guru belum banyak
digali.  Padahal  guru  merupakan  komponen  yang  sangat  penting  di  dalam  proses
pembelajaran.  Untuk  itu  dibutuhkan  juga  informasi  mengenai  kemampuan
metakognitif  guru.  Paidi  (2009)  melaporkan  bahwa  calon  guru  biologi  yang
sedang  menempuh  studi  di  UNY  perkembangan  kemampuan  metakognitifnya
belum maksimal. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat kemampuan
metakognitif guru-guru yang sudah bertugas dilapangan. 
MAN  Mualimin  Yogyakarta  merupakan  sekolah  menengah  berbasis
agama  di  bawah  Muhammadiyah.  Kurikulum  yang  digunakan  adalah  kurikulum
Depdiknas  dan  sekolah.  Seluruh  siswa  MAN  Mualimin  Yogyakarta  tinggal  di
asrama dan belajar mengikuti kurikulum nasional di pagi hari serta agama di sore
dan malam hari. Selama di asrama terdapat guru yang mendampingi sebagai wali
siswa di sekolah. Informasi tentang pengetahuan metakognitif guru sangat penting
karena siswa 24 jam memperoleh bimbingan dari kegiatan sekolah dan tidak ada
bimbingan orang tua. Sementara itu, kesempatan bertemu orang tua hanya 1 hari
dalam 1 minggu sehingga bimbingan dari orang tua dfalam belajar sangat kurang.
Guru-guru  MAN  Mualimin  Yogyakarta  semuanya  telah  menyelesaikan
jenjang  S1  dari  universitas  ternama  di  Yogyakarta  bahkan  sebagian  besar  telah
lulus  studi  S2.  Keseriusan  sekolah  untuk  meningkatkan  kualitas  guru  dan  siswa
tinggi.  Hal  ini  tampak  dari  fasilitas  yang  diberikan  dan  berbagai  pelatihan  yang
diadakan.  Berbagai  pelatihan  untuk  guru-guru  khususnya  MIPA  telah  banyak
dilakukan  karena  adanya  bantuan  dari  DEPAG.  Kualitas  guru  diharapkan  akan
meningkat melalui berbagai kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan latar belakang diatas  maka  dilakukan  penelitian  sejauh  mana  kemampuan  metakognitif  guru-
guru MIPA Mualimin Yogyakarta. 
Rumusan Masalah
1.  Bagaimana  tingkat  kemampuan  metakognitif  guru-guru  MIPA  MAN
Mualimin Yogyakarta? 
2.  Adakah  perbedaan  tingkat  kemampuan  metakognitif  Guru  MIPA  MAN
Mualimin  Yogyakarta  pada  latar  belakang  pendidikan  dan  pengalaman
mengajar? 
Tujuan Penelitian
1.  Untuk  mengetahui  tingkat  kemampuan  metakognitif  guru-guru  MIPA  MAN
Mualimin Yogyakarta. 
2.  Untuk  mengetahui  perbedaan  tingkat  kemampuan  metakognitif  Guru  MIPA
MAN Mualimin Yogyakarta pada latar belakang  pendidikan dan pengalaman
mengajar? 

METODE PENELITIAN
Jenis Peneitian
Penelitian  ini  merupakan  penelitian  survei  diarahkan  untuk  mengungkap
fakta,  fenomena,  dan  hubungan  antara  jenjang  pendidikan  dan  lama  mengajar
terhadap  tingkatan  kemampuan  metakognitif  guru-guru  MIPA  MAN  Mualimin
Yogyakarta.  Dalam  penelitian  ini  tidak  ada  tindakan  yang  diberikan  peneliti,
melainkan  hanya  memotret  tingkatan  kemampuan  metakognitif,  dan  melihat
hubungan  kemampuan  metakognitif  dengan  jenjang  pendidikan,  lama  mengajar,
dan beban mengajar. 
Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi  dalam  penelitian  ini  adalah  seluruh  guru  MIPA  MAN  Mualimin
Yogyakarta  yaitu  sebanyak  16  orang  yang  semuanya  menjadi  responden  dalam
penelitian ini. 
Data dan Teknik Pengumpulannya
Data  utama  dalam  penelitian  ini  adalah  kemampuan  metakognitif,  yang
bersifat  kesadaran  metakognitif  (metacognitive  awareness)  dan  data  tentang
kemampuan  metakognitif  yang  spesifik  terkait  dengan  self  reflection  dan  self
monitoring.  Data  kemampuan  metakognitif  dikumpulkan  dengan  menggunakan Metacognitive Awareness Inventory (MAI). Sementara itu, untuk penskoran hasil
pengukuran  digunakan  contoh  pedoman  penskoran  yang  diusulkan  Schraw  and
Denison  (Imel,  2004).  Data  pendukung  lain  adalah  asal  dan  jenjang  pendidikan
guru,  pengalaman  (lama)  mengajar,  dan  beban  mengajar  yang  dikumpulkan
dengan menggunakan angket.
Instrumen dan Validasinya
Kemampuan  metakognitif  (metacognitive  awareness)  diukur
menggunakan  instrumen  inventori  kesadaran  metakognitif  untuk  dewasa,  atau
Metacognitive  Awareness  Inventory  (MAI)  yang  dimodikasi  dari  Metaconitive
Awareness Inventory (MM) yang disusun oleh Schraw & Dennison, (Susan Imel,
2004) dan Panaoura  & Philippou, (2007). Instrumen ini sudah banyak digunakan
dalam penelitian metakognisi. 
Analisis Data
Analisis  data  tingkatan  kemampuan  metakognitif  guru  MIPA  MAN
Mualimin  Yogyakarta  dilakukan  baik  secara  deskriptif.  Tingkatan  kemampuan
(kesadaran  metakognitif)  ini  didasarkan  pada  kriteria  dan  dan  penggolongannya
menurut Schraw & Dennison, (Susan Imel, 2004) seperti terlihat pada Tabel 1.  

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.  Tingkatan kemampuan metakognitif
  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  rata-rata  kemampuan  metakognitif
yang  dimiliki  guru  MIPA  MAN  Mualimin  Yogyakarta  sebesar  76,08.  Skor  ini
merupakan  skor  total  kemampuan  metakognitif  yang  meliputi  pengetahuan
metakognitif  yaitu:  declarative  knowledge  (DK),  procedural  knowledge  (PK),
conditional knowledge (CK); dan regulasi metakognitif yang terdiri dari planning
(P), information management strategies (IMS), comprehension monitoring (CM), debuging  strategies  (DS),  dan  evaluation  (E).  Selengkapnya  besarnya  skor
masing-masing komponen disajikan dalam Tabel 2 di bawah ini. 
  
Pada Tabel 2 diatas tampak  bahwa pengetahuan  metakognitif lebih tinggi
daripada  regulasi  metakognitif.  Lebih  lanjut,  pada  pengetahuan  metakognitif
tampak  skor  tertinggi  diperoleh  pada  komponen  declaratif  knowledge,  diikuti
conditional  knowledge,  dan  procedural  knowledge.  Sementara  itu,  pada  regulasi
metakognitif  komponen  tertinggi  pada  evaluation  dan  terendah  pada  information
management strategies.
Dari  data  diatas  tampak  seluruh  aspek  kemampuan  metakognitif  yang
dimiliki  oleh  guru-guru  MIPA  MAN  Mualimmin  Yogyakarta  pada  kriteria  telah
berkembang  yaitu  semua  skor  diatas  60.  Tapi  belum  ada  satupun  komponen
kemampuan  metakognitif  yang  berkembang  maksimal  karena  tidak  ada  yang
memperoleh  skor  81  ke  atas.  Dibandingkan  laporan  kemampuan  metakognitif
mahasiswa  calon  guru  biologi  UNY  yang  memiliki  skor  rata-rata  kemampuan
metakognitif  70,95  maka  rerata  kemampuan  guru-guru  MIPA  Mualimin
Yogyakarta sebesar 76,08 masih lebih tinggi. 
  Pada  aspek  regulasi  metakognitif  tampak  evaluation  memperoleh  skor
tertinggi  yaitu  78,13.  Sementara  itu  skor  terendah  adalah  Information
Management  strategies  sebesar  68,75.  Rentang  perbedaan  ini  cukup  besar.  Ini
menunjukkan  bahwa  kemampuan  untuk  menganalisis  perolehan  dan  efektifittas belajar  baik.  Namun,  kemampuan  dalam  mengorganisai  untuk  membuat  suatu
strategi pembelajaran agar berhasil masih kurang.  
2.  Kemampuan metakognitif berdasarkan macam perguruan tinggi asal 
Berdasarkan  asal  lembaga  perguruan  tinggi,  guru-guru  MIPA  MAN
Mualimin Yogyakarta berasal dari berbagai perguruan tinggi ternama di DIY dan
Jateng  yaitu  UGM,  UNY,  UIN,  UNDIP,  STTN  Yogyakarta,  UAD  dan  STMIK
Elrahma  Yogyakarta.  Berdasarkan  program  studinya  dapat  dibedakan  menjadi
prodi  pendidikan  dan  non  pendidikan.  Selengkapnya  data  kemampuan
metakognitif berdasarkan prodi disajikan pada Tabel 3 di bawah ini. 
  Data  diatas  menunjukkan  tidak  ada  perbedaan  yang  berarti  antara  asal
prodi dengan kemampuan metakognitif. Perbedaan yang tampak cukup besar pada
aspek  PK,  CK,  dan  P.  Pada  pengetahuan  matakognitif  bidang  non  pendidikan
lebih  banyak  pengetahuan  prosedural  (PK)  sementara  bidang  pendidikan
pengetahuannya  bersifat  kondisional  (CK).  Sementara  itu  dalam  regulasi
metakognitif aspek perencanaan (P) pada bidang non pendidikan lebih baik. 
3.  Kemampuan metakognitif berdasarkan jenjang pendidikan
Sebagian  guru  MIPA  MAN  Mualimin  yogyakarta  telah  menempuh  S2.
Kesempatan  studi  S2  merupakan  program  kerjasama  dengan  Depag  yang memberikan  kesempatan  bagi  guru-guru  MAN  untuk  menempuh  studi  di
universitas  Gadjah  Mada.  Tabel  4  di  bawah  ini  adalah  data  kemampuan
metakognitif bersasarkan jenjang pendidikan.
  Berdasarkan  Tabel  4  diatas  tampak  kemampuan  metakognitif  guru  yang
telah menempuh jenjang pedidikan S2 lebih baik dari pada yang baru menempuh
jenjang  pendidikan  S1.  Kemampuan  metakognitif  maupun  regulasi  metakognitif
guru  berjenjang  S2  tampak  lebih  tinggi  dari  guru  S1  bahkan  aspek  pengetahuan
deklaratif  (DK)  dan  perencanaan  telah  berkembang  maksimal.  Bila  dikaitkan
dengan data yang dilaporkan Paidi (2009) bahwa kemampuan metakognitif calon
guru  biologi  UNY  sebesar  70,95  maka  tampak  pola  bahwa  semakin  tinggi
pendidikan  akan  semaikn  tinggi  kemampuan  metakognitif  seseorang.  Pendidikan
menjadi komponen yang sangat penting untuk mengerti tentang pengetahuan yang
dimiliki dan bagaimana dia belajar atau menyelesaikan suatu masalah. 
4.  Kemampuan metakognitif berdasarkan lama mengajar
Guru-guru  MIPA  MAN  Mualimin  Yogyakarta  memiliki  pengalaman
mengajar  yang  bervariasi  mulai  dari  1  tahun  hingga  lebih  dari  22  tahun.
Berdasarkan lama mengajar dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu 1-5 tahun, 6-
10  tahun,  dan  diatas  10  tahun.  Selengkapnya  Kemampuan  metakognitif
berdasarkan jumlah jam mengajar ditampilkan dalam Tabel 5 di bawah ini.  
  Pada  tabel  5  diatas  tampak  kemampuan  metakognitif  guru  dengan
pengalaman  mengajar  1-5  tahun  dan  diatas  10  tahun  relatif  sama  dan  lebih  baik
dari  guru  dengan  lama  mengajar  6-10  tahun.  Diindikasikan  bahhwa  guru  baru
merupakan  guru  yang  idealis  sehingga  berupaya  memikirkan  berbagai  hal  dalam
tugas  pembelajarannya  sehingga  kemampuan  metakognitifnya  cukup  terasah.
Sementara  itu  guru  dengan  lama  mengajar  6-10  tahun  dan  berada  di  sekolah 
swasta  mulai  memikirkan  masa  depan  karirnya  di  sekolah  tersebut  (mengingat
banyak  guru  yang  tetap  menjadi  wiyata  bakti  setelah  bertahun-tahun)  sehingga
mempengaruhi  konsentrasi  dia  dalam  mengajar  termasuk  dalam  memikirkan
tugasnya  mengajar.  Sementara  itu  guru  dengan  lama  mengajar  diatas  10  tahun,
umumnya  merupakan  guru  tetap  yayasan  yang  memang  pengabdiannya  hanya  di
sekolah  tersebut  dan  tidak  akan  ke  sekolah  lain  sehingga  bisa  total  untuk
memikirkan sekolah dan yayasan tersebut. Data yang menarik adalah pengetahuan
metakogitif  guru  yang  lamamengajar  >  10  tahun  telah  berkembang  maksimal
bahkan  untuk  pengetahuan  kondisional  mencapai  skor  90  ini  menunjukkan
pengetahuan tentang tugasnya telah berkembang maksimal. 5.  Kemampuan matakognitif berdasarkan jumlah jam mengajar
Kemampuan  metakognitif  berdasarkan  jumlah  jam  mengajar  ditampilkan
dalam Tabel 6 di bawah ini.  
Berdasarkan  beban  mengajar  tiap  minggu  tampak  guru  dengan  beban
mengajar  diatas  24  jam  memiliki  memiliki  ketrampilan  metakognitif  yang  lebih
tinggi.  Diindikasikan  bahwa  guru  dengan  beban  mengajar  yang  banyak  akan
berusaha  mengelola  tugasnya  dengan  sebaik-baiknya  sehingga  tugasnya  dapat
diselesaikan.  Ini  ternyata  juga  menyebabkan  kemampuan  metakognitifnya  yang
lebih tinggi untuk memikirkan keberhasilannya dalam menyelesaikan tugas-tugas. 

SIMPULAN DAN SARAN
  Berdasarkan temuan data dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1.  Kemampuan  metakognitif  guru-guru  MIPA  MAN  Mualimin  Yogyakarta
telah berkembang dengan baik tetapi belum maksimal
2.  Asal program studi yang ditempuh (pendidikan dan non pendidikan) tidak
menunjukkan  perbedaan  kemampuan  metakognitif  pada  guru-guru  MIPA
MAN Mualimin Yogyakarta.  3.  Jenjang pendidikan S2 menunjukkan kemampuan metakognitif yang lebih
tinggi  dari  pada  jenjang  pendidikan  S1  pada  guru-guru  MIPA  MAN
Mualimin Yogyakarta. 
4.  Lama Mengajar guru-guru MIPA MAN Mualimin Yogyakarta antara 6-10
tahun  memiliki  kemampuan  metakognitif  yang  lebih  rendah  daripada
guru-guru dengan pengalaman mengajar lebih singkat dan lebih lama.
5.  Jumlah  jam  mengajar  yang  lebih  banyak  menunjukkan  kemampuan
metakognitif  yang  lebih  baik  daripada  dengan  jumlah  jam  sedikit  pada
guru-guru MIPA MAN Mualimin Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Green,  R.  2002.  Better  Thinking  Better  Learning  An  Introduction  to  Cognitive
Education,  (on  line),  (http://curriculum.pgwc.gov.za/curr_dev/cur_home-
/better_think/indeks.htm, diakses tanggal 6 Oktober 2007).
Imel,  Susan.  2002.  Metacognitive  Skills  for  Adult  Learning,  (on  line),
(http://www.ce-te.org/acve/docs/tia00107.pdf, diakses 3 September 2006)
Imel, Susan. 2004. Metacognitien: background Brief from the OLRC. News., (on
line),
(http://www.google.co.id/search?q=metacognition+background+brief&hl=
id&start=10&sa=N, diakses tanggal, diakses 17 November 2008)
Livingston,  J.  1997.  Metacognition:  An  Overview.  (on-line),  (http://www.gse.bu-
ffalo.edu/fas/shuell/cep564/Metacog.htm,  diakses  tanggal  17  Desember
2007).
Slavin,  R.E.  2000.  Educational  Psychology.  Theory and  Practice.  Johns Hopkins
University.
Paidi, Yuni Wibowo, Ana Rakhmawati. 2009. Analisis Kemampuan Metakognitif
Mahasiswa  Jurusan  Pendidikan  Biologi,  FMIPA  UNY.  Laporan
Penelitian.  Tidak  dipublikasikan.  Yogyakrta:  FMIPA  Universitas  Negeri
Yogyakarta.
Panaoura,  A  &  Philippou,  G.  Tanpa  tahun.  The  Measurement  of  Young  Pupil’s
Metacognitive  Ability  in  Mathematics:  The  case  of  Self-Representation
and Self Evaluation. (on line), (diakses tanggal 2 Januari 2008).

2 komentar: