Kamis, 12 September 2013

PERKEMBANGAN SOSIAL DAN PERKEMBANGAN BAHASA

PERKEMBANGAN SOSIAL DAN PERKEMBANGAN BAHASA

A.PERKEMBANGAN SOSIAL

1.Pengertian Perkembangan Hubungan Sosial

            Beberapa teori tentang perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan anak- anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.

Manusia tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan. Lingkungan itu dapat dibedakan atas lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial memberikan banyak pengaruh terhadap pembentukan berbagai aspek kehidupan,  terutama kehidupan sosio- psikologis. Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa berhubungan dengan sesama manusia. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, bagaimana seharusnya seseorang hidup di dalam kelompoknya, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok masyarakat luas. Interaksi seseorang dengan manusia lain diawali sejak saat bayi lahir, dengan cara yang amat sederhana. Sepanjang kehidupannya pola aktivitas sosial anak mulai terbentuk. Menurut Piaget interaksi sosial anak pada tahun pertama sangat terbatas, terutama hanya dengan Ibunya. Perilaku sosial anak tersebut berpusat pada  akunya atau egocentric dan hampir keseluruhan perilakunya berpusat pada dirinya. Bayi belum banyak memperhatikan lingkungannya; dengan demikian apabila kebutuhan dirinya telah terpenuhi, bayi itu tidak peduli lagi terhadap lingkungannya, sisa waktu hidupnya digunakan untuk tidur. Pada tahun kedua, anak sudah belajar kata “tidak” dan sudah mulai belajar “menolak” lingkungan, seperti mengatakan “tidak mau

 ini”,”tidak mau itu”,”tidak pergi”, dan semacamnya. Anak telah mulai mereaksi lingkungan secara aktif, ia telah belajar membedakan dirinya daripada orang lain, perilaku emosionalnya telah mulai berkembang dan lebih berperan. Perkenalan dan pergaulan dengan manusia lain segera menjadi semakin luas; ia mengenal kedua orang tuanya, anggota keluarganya, teman bermain sebaya, dan teman- teman sekolahnya. Pada umur- umur selanjutnya, anak mulai belajar di sekolah, mereka mulai belajar mengembangkan interaksi sosial dengan belajar menerima pandangan kelompok (masyarakat), memahami tanggung jawab dan pengertian dengan orang lain. Menginjak masa remaja, interaksi dan pengenalan atau pergaulan dengan teman sebaya terutama lawan jenis menjadi semakin penting. Pada akhirnya pergaulan sesama manusia menjadi suatu kebutuhan.

            Kebutuhan bergaul dan berhubungan dengan orang lain, telah mulai dirasakan sejak anak berumur enam bulan, di saat anak itu telah mampu mengenal manusia lain, terutama Ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mengenal dan mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial yang lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Akhirnya setiap orang menyadari bahwa manusia saling membutuhkan.

2.Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja

            Remaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya didalam keluarganya. Remaja menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai kelompok umur. Remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok  remaja, kelompok anak- anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, karena disamping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja, juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.

            Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Seseorang remaja dapat mengalami sikap hubungan sosial yang bersifat tertutup sehubungan dengan masalah yang dialami remaja. Keadaan atau peristiwa ini oleh Erick Erickson (dalam Lefton, 1982: 281) dinyatakan bahwa anak telah dapat mengalami krisis identitas diri dan konsep diri seseorang adalah sesuatu yang kompleks. Konsep diri anak tidak hanya terbentuk dari bagaimana anak percaya tentang keberadaan dirinya sendiri, tetapi juga terbentuk dari bagaimana orang lain percaya tentang keberadaan dirinya. Erickson mengemukakan bahwa perkembangan anak sampai jenjang dewasa melalui 8 (delapan) tahap dan perkembangan remaja ini berada pada tahap keenam dan ketujuh, yaitu masa anak ingin menentukan jati dirinya dan memilih kawan akrabnya. Seringkali anak menemukan jati dirinya sesuai dengan atau berdasarkan pada situasi kehidupan yang mereka alami. Banyak remaja yang amat percaya pada kelompok mereka dalam menemukan jati diri seseorang yang didorong oleh pengaruh sosiokultural.Tidak seperti halnya pandangan Freud, kehidupan sosial remaja (pergaulan dengan sesama remaja terutama dengan lawan jenis) didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual. Semua perilaku sosial didorong oleh kepentingan seksual.

            Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik kelompok kecil maupun kelompok besar. Dalam menetapkan pilihan kelompok yang diikuti, didasari oleh berbagai penimbangan, seperti moral, sosial ekonomi, minat dan kesamaan bakat, dan kemampuan. Baik di dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, masalah yang umum dihadapi oleh remaja dan paling rumit adalah faktor penyesuaian diri.

            Nilai positif dalam kehidupan kelompok adalah tiap anggota kelompok belajar berorganisasi, memilih pemimpin, dan mematuhi aturan kelompok. Sekalipun dalam hal- hal tertentu tindakan suatu kelompok kurang memperhatikan norma umum yang berlaku di dalam masyarakat, karena yang lebih diperhatikan adalah keutuhan kelompoknya.

            Penyesuaian diri di dalam kelompok kecil, kelompok yang terdiri dari pasangan remaja berbeda jenis sekalipun, tetap menjadi permasalahan yang cukup berat. Di dalam proses penyesuaian diri, kemampuan intelektual dan emosional mempunyai pengaruh yang kuat. Saling pengertian akan kekurangan masing- masing dan upaya menahan sikap menonjolkan diri atau tindakan dominasi terhadap pasangannya, diperlukan tindakan intelektual yang tepat dan kemampuan menyeimbangkan pengendalian emosional. Dalam hal hubungan sosial yang lebih khusus, yang mengarah ke pemilihan pasangan hidup, pertimbangan faktor agama dan suku ini bukan saja menjadi kepentingan masing- masing individu yang bersangkutan, tetapi dapat menyangkut kepentingan keluarga dan kelompok yang lebih besar (sesama agama atau sesama suku).

 

3.Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial

            Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : keluarga, kematangan anak, status sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan intelegensi.

a.Keluarga

            Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Di dalam keluarga berlaku norma- norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.

            Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.

b.Kematangan

            Bersosialisasi memrlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial,memberi dan menerima pendapat orang lain,memerlukan kematangan intelektual dan emosional.

            Dengan demikian,untuk mampu bersosialisasi dengan baik di perlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

c. Status Sosial Ekonomi

            Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak,bukan sebagai anak yang independen,akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu,”ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak,masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Sehubungan dengan hal itu,dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi  keluarganya . Dalam hal tertentu ,maksud “ menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini akan berakibat lebih jauh,yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.

d. Pendidikan

            Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif,akan memberi warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.

e. Kapasitas Mental : Emosi,dan Inteligensi

            Kemampuan berfikir banyak mempengaruhi banyak hal,seperti kemampuan belajar,memecahkan masalah dan berbahasa. Perkembangan emosi, seperti yang telah diuraikan, berpengaruh sekali keberhasilan terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu,kemampuan intelektual tinggi,kemampuan berbahasa baik,dan pengendalian emisional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.

            Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi. Seorang jenius atau superior sukar untuk bergaul dengan kelompok sebaya,karena pemahaman mereka telah setingkat dengan kelompok umur yang lebih tinggi. Sebaliknya kelompok umur yang lebih tinggi (dewasa) tepat “menganggap” dan “memperlakukan” mereka sebagai anak-anak.

4. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku

            Dalam perkembangan sosial para dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri,yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang lain,bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau merahasiakannya. Dengan refleksi diri,hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak sepenuhnya diterima,karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep dirinya yang tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah laku sehari –hari.

            Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori -teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain,termasuk orangtuanya. Setiap pendapat oranglain dibandingkan dengan teori yang diikuti atau diharapkan.Sikap kritis ini juga ditunjukan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya,sehingga tata cara,adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering terasa terjadi ada pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya.

            Kemampuan abstraksi menimbulkan kemampuan mempermasalahkan kenyataan dan peristiwa – peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya. Situasi ini (yang diakibatkan kemampuan abstraksi ) akhirnya dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa.

            Disamping itu pengaruh egosentris masih sering terlihat pada pikiran remaja.

1) Cita –cita dan idealisme yang baik,terlalu menitikberatkan pikiran sendiri,tanpa memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.

2) Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain daripada tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan oranglain mengenai dirinya.

            Pencerminan sifat egois sering dapat menyebabkan “kekakuan” para remaja dalam cara berfikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja adalah banyak bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mengganggu dirinya dalam bergaul,karena disangkanya,prang lain sepikiran dan ikut tidak puas mengenai penampilan dirinya. Hal ini menimbulkan perasaan “seperti” selalu diamati orang lain,perasaan malu,dan membatasi gerak geriknya. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah laku yang canggung.

            Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulkan reaksi lain dimana remaja itu justru melebih –lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka merasa dirinya “ampuh” atau “hebat” sehingga berani menantang malapetaka dan menceburkan diri dalam aktivitas yang acap kali dipikirkan atau direncanakan. Aktivitas yang dilakukan pada umumnya tergolong aktivitas yang membahayakan.

            Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain,maka sifat ego semakin berkurang. Pada akhir masa remaja pengaruh egosintrisitas sudah sedemikian kecilnya,sehingga remaja sudah dapat berhubungan dengan orang lain tanopa meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.

5. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Sosial

            Bergaul dengan sesama manusia (sosialisasi) dilakukan oleh setiap orang,baik secara individual maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek,terdapat perbedaan individual manusia,yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.

            Sesuai dengan teori komprehensif tentang perkembangan sosial yang dikembangkan oleh erickson,maka di dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya setiap manusia menempuh langkah yang berlainan satu dengan yang lain. Dalam teori Erickson dinyatakan bahwa manusia(anak) hidup dalam kesatuan budaya yang utuh,alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai dengan minat,kemampuan,dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok – kelompok sosial yang beranekaragam.

            Remaja yang telah memulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat,maka telah mempelajari pola – pola sosial yang sesuai dengan kepribadiannya.

6. Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam      Penyelenggaraan Pendidikan

            Remaja dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Ia (mereka) bel;um memahami benar tentang norma – norma sosial yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan sosial yang kurang serasi,karena ia (mereka) sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Kesepakatan norma kehidupan remaja yang berbeda dengan kelompok lain,mungkin kelompok remaja lain,kelompok dewasa,dan kelompok anak –anak ,akan dapat menimbulkan perilaku social  yang kurang atau tidak dapat diterima oleh umum. Tidak sedikit perilaku yang belebihan (over acting) akan muncul.

            Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsangan kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima khalayak. Kelompok olahraga,koperasi,kesenian dan semacamnya di bawah asuhan para pendidik di sekolah atau para tokoh masyarakat didalam kehidupan masyrakat perlu banyak dibentuk. Khusus didalam sekolah perlu sering diadakan kegiatan bakti social,bakti karya, dan kelompok – kelompok belajar dibawah asuhan para guru pembimbing kegiatan ini hendaknya di kembangluaskan.     

  

 

 

 

 

B.PERKEMBANGAN BAHASA

1. Pengertian Perkembangan Bahasa
Sesuai dengan fungsinya,bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu, penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa diperlukan sejak manusia bayi dan mulai berkomunikasi dengan orang lain.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang bebrarti faktor intelek sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal lain, meniru dan mengulang kata yang diucapkan oleh orang lain yang merupakan cara belajar bahasa awal pada bayi. Manusia dewasa (terutama ibunya) di sekelilingnya membetulkan dan memperjelas kata-kata yang salah. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6 - 7 tahun, di saat anak mulai bersekolah.

2. karakteristik perkembangan bahasa remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Anak remaja telah banyak belajar dari lingkungan. Dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkunga remaja encakup lingkungan keluarga, masyarakat, dan khususnya pergaulanteman sebaya dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa ibu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak(remaja) mengikuti proses belajar di sekolah. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat terkadang sangat menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok teman sebaya.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan dengan pemilihan dan penggunaan kosa kata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan berpendidikan rendah atau buta huruf akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat yang terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial yang baik, akan menggunakan istilah-istilah yang lebih efektif, dan pada umunya anak-anak remajanya juga juga berbahasa secara lebih baik.

3. Faktor- faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa
Bebahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu, perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada perkembangan bahasa terdapat 2 faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor biologis, umur dan kecerdasan anak, dan faktor lingkungan.
1. Faktor Biologis
Ada beberapa komponen dalam membahas faktor biologis di perkembangan bahasa, di antaranya :
Evolusi biologis, Ikatan biologis, Peranan otak, Bahasa binatang, dan Masa kritis belajar bahasa.
  • Evolusi Biologis
Para ahli percaya bahwa evolusi biologis membentuk manusia ke dalam makhluk linguistik. Berkenaan dengan evolusi biologis,otak, sistem syaraf dan sistem vokal berubah selama beratus-ratus ribu tahun. Diperkirakan manusia mendapat bahasa bervariasi selama beribu tahun yang lalu.
  • Ikatan Bilogis
Anak-anak dilahirkan di dunia dilengkapi dengan alat pemerolehan bahasa (language acquisition device=LAD) yaitu ikatan biologis yang memungkinkan anak mendeteksi bahasa tertentu. LAD adalah suatu kemampuan gramatikal yang dibawa sejak lahir yang mendasari semua bahasa manusia.
  • Peranan Otak dalam Perkembangan Bahasa
Berdasarkan hasil penelitian Gazzaniaga dan Sperry ( Santrock & Yussen) bahwa proses bahasa itu dikontrol oleh belahan otak sebelah kiri.Jadi apabila ada seseorang yang mengalami gangguan otak terutama otak kiri,pasti dia akan sulit untuk melakukan perkembangan bahasa. Karena pada otak kiri terdapat suatu area yang bernama ” wernick’s area” yang berfungsi untuk pemahaman bahasa.Dan apabila kerusakan otak pada seseorang terjadi pada area ini sering terjadi pembicaraan yang tak berarti atau mengoceh.
  • Apakah Binatang Memiliki Bahasa?
Pada kenyataannya tidaklah diragukan bahwa beberapa binatang mempunyai sistem komunikasi yang menakjubkan dan sederhana, serta komunikasinya yaitu adaptif dalam memberikan tanda bahaya, ada makanan dan kebutuhan seksual.
  • Periode Kritis Belajar Bahasa
Masa yang sangat penting untuk mengembangkan dialek bahasa anak yaitu pada usia sebelum 12 tahun. Untuk memahami periode kritis belajar bahasa kita dapat melihat contoh yaitu dimana ada seorang anak yang dari kecil dibesarkan di lingkungan yang salah. Dia dibesarkan oleh keluarga dengan cara kekerasan dan tidak diajarkan bahasa sama sekali, sehingga dia tidak dapat berbicara hingga umur 12 tahun lebih. Dan ketika ditemukan dan anak itu diberi latihan untuk bicara, dia hanya mampu mengucapkan beberapa kata saja.
Dengan kejadian ini kita tahu bahwa mengajarkan bahasa pada anak harus dari usia dini, dan tidak hanya melihat dari faktor biologis saja, tetapi harus melihat faktor lingkungan, karena merupakan faktor penting dalam pengembangan bahasa.
2.  Umur dan Kecerdasan Anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambah pengalaman , dan meningkat kebutuhannya. bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. factor fisik akan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
            Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan, dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan motrik yang baik. kemampuan motorik seseorang berkolerasi positif dengan kemampuan intelektual atau tingkat berfikir. ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat.
3.  Faktor Lingkungan
Seperti kita tahu bahwa dalam belajar bahasa kita tidak dapat melakukan dalam keadaan sepi tetapi kita membutuhkan interaksi dengan orang lain. Terdapat beberapa hal yang penting dalam perkembangan bahasa yaitu perubahan kultural dan konteks sosiokultural bahasa, dukungan terhadap bahasa dan pandangan behavioral.
  • Perubahan Kultural dan Konteks Sosiokultural Bahasa
Kekuatan sosial membuat manusia untuk lebih mengembangkan cara berkomunikasi dengan orang lain.Konteks sosiokultural terus menerus memainkan suatu peranan yang penting dalam perkembangan bahasa akhir-akhir ini. Vygotsky mengemukakan bahwa peranan orang dewasa sangat penting untuk membantu perkembangan bahasa anak. Serta psikologi lain yaitu Brunner juga menekankan bahwa orang dewasa atau orang tua sangat penting unutk mengembangkan komunikasi anak . Jadi begitu besar peranan orang tua, atau guru dalam perkembangan bahasa anak, agar anak mencapai perkembangan yang optimal.
  • Dukungan Sosial untuk Perkembangan Bahasa
Terdapat dukungan sosial dalam perkembangan bahasa anak yaitu:
a) Motherese yaitu cara seorang ibu dalam berkomunikasi dengan bayi, serta dengan kata-kata dan kalimat yang sederhana. Motherese sulit dilakukan tanpa adanya bayi, tetapi motherese mempunyai peranan penting dalam mempermudah perkembangan bahasa anak sejak usia dini.
b) Recasting yaitu membuat frase yang sama dari suatu kalimat dengan cara berbeda, mungkin dengan cara mengemukakannya dalam pertanyaan,
c) Echoing yaitu mengulangi apa yang akan dikatakan kepada kita, terutama jika kata-kata tersebut belum benar.
d) Expanding yaitu menyatakan kembali apa yang anak telah katakan kepada kita dengan linguistik yang lebih baik.
Orang tua dan guru merupakan komponen penting dalam perkembangan bahasa anak,karena peranannya sebagai model bahasa dan pengoreksi atas kesalahan anak. Jadi apabila orang tua dan guru dapat berperan aktif , maka anak akan mengalami perkembangan bahasa yang positif.
Perkembangan bahasa yeng menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas.Selain itu, sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain hendaknyadisediakan di sekolah maupun di rumah.















DAFTAR PUSTAKA
.
Prayitno, dkk. 2003. Panduan Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Depdikbud Direktorat pendidikan Dasar dan Menengah
Syamsudin, abin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya
Mudjiran, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press.
Tim Pembina Mata Kuliah PPD. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang: Dikti bekerjasama dengan HEDS-JICA.
Sunarto dan Hartono, Agung. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
Sumantri, Mulyani dan Syaodih, Nana. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka
















TERMOKIMIA



BAB II
TERMOKIMIA


A.     Termodinamika pertama

1). Hukum Kekekalan Energi
·   “ Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari 1 bentuk energi ke bentuk energi yang lain. “
·   Energi alam semesta adalah tetap, sehingga energi yang terlibat dalam suatu proses kimia dan fisika hanya merupakan perpindahan atau perubahan bentuk energi.
·   Contoh perubahan energi :
a.       Energi radiasi diubah menjadi energi panas.
b.      Energi potensial diubah menjadi energi listrik.
c.       Energi kimia menjadi energi listrik.

2). Sistem dan Lingkungan
§  Sistem adalah bagian dari alam semesta yang menjadi pusat perhatian langsung dalam suatu percobaan tertentu.
§  Lingkungan adalah bagian lain dari alam semesta yang terdapat di luar sistem.
                                                         
§  Secara umum terdapat 3 jenis sistem :
                                       
a.       Sistem terbuka.
Suatu sistem dimana dapat terjadi perpindahan materi dan energi dengan lingkungannya.
Contoh : kopi panas dalam gelas terbuka, akan melepaskan panas dan uap air ke lingkungannya.
b.      Sistem tertutup.
Suatu sistem dimana hanya dapat terjadi perpindahan energi ke lingkungannya tetapi tidak dapat terjadi perpindahan materi.
Contoh : kopi panas dalam gelas tertutup, dapat melepaskan panas / kalor ke lingkungannya tetapi tidak ada uap air yang hilang.
c.       Sistem terisolasi.
Suatu sistem dimana tidak dapat terjadi perpindahan materi maupun energi ke lingkungannya.
Contoh : kopi panas dalam suatu termos.

3).  Energi dan Entalpi
o   Sesuai dengan Hukum Termodinamika I, yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi energi hanya dapat diubah dari 1 bentuk energi ke bentuk energi yang lain, maka jumlah energi yang diperoleh oleh sistem akan = jumlah energi yang dilepaskan oleh lingkungan. Sebaliknya, jumlah energi yang dilepaskan oleh sistem akan = jumlah energi yang diperoleh oleh lingkungan.
o   Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja ( w ) atau menghasilkan panas / kalor ( q ).
o   Energi yang dimiliki oleh sistem dapat berupa energi kinetik ( berkaitan dengan gerak molekul sistem ) maupun energi potensial.
o   Energi dalam ( E ) adalah jumlah energi yang dimiliki oleh suatu  zat atau sistem.
o   Perpindahan energi antara sistem dan lingkungan terjadi dalam bentuk kerja ( w ) atau dalam bentuk kalor ( q ).
o   Tanda untuk kerja ( w ) dan kalor ( q ) :
v  Sistem menerima kerja, w  bertanda ( + ).
v  Sistem menerima kalor, q bertanda ( + ).
v  Sistem melakukan kerja, w  bertanda ( - ).
v  Sistem membebaskan kalor, q bertanda ( - ).
o   Energi dalam ( E ) termasuk fungsi keadaan yaitu besaran yang harganya hanya bergantung pada keadaan sistem, tidak pada asal-usulnya. Keadaan suatu sistem ditentukan oleh jumlah mol ( n ), suhu ( T ) dan tekanannya ( P ).
o   Energi dalam juga termasuk sifat ekstensif yaitu sifat yang bergantung pada jumlah zat.
o   Misalnya : jika E dari 1 mol air = y kJ maka E dalam 2 mol air ( T,P ) = 2y kJ.

                        
                                    
               
                             
o   Nilai energi dalam dari suatu zat tidak dapat diukur, tetapi yang diperlukan dalam termokimia hanyalah perubahan energi dalam    (  DE ).
DE = E2 – E1
E1    = energi dalam pada keadaan awal
E2  = energi dalam pada keadaan akhir

o   Untuk reaksi kimia :
DE = Ep – Er
Ep    = energi dalam produk
Er   = energi dalam reaktan

4).  Kerja ( w )
Kerja yang dilakukan oleh sistem :
w  = - F. s   ( kerja = gaya x jarak )
F = P. A
maka :
w  = - ( P. A ) . h
w  = - P. ( A . h )
w  = - P. DV
Satuan kerja            = L. atm
1 L. atm      = 101,32 J
Contoh :
Hitunglah besarnya kerja ( J ) yang dilakukan oleh suatu sistem yang mengalami ekspansi melawan P = 2 atm dengan perubahan V = 10 L !
Jawaban :
w    = - P. DV
      = - 2 atm x 10 liter
      = - 20 L.atm = - 2.026,4 J
5).  Kalor ( q )
Ø  Kalor adalah energi yang berpindah dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya, karena adanya perbedaan suhu yaitu dari suhu lebih tinggi ke suhu lebih rendah.
Ø  Perpindahan kalor akan berlangsung sampai suhu antara sistem dan lingkungannya sama.
Ø  Meskipun kita mengatakan bahwa sistem “ menerima “ atau “ membebaskan “ kalor, tetapi sistem tidak mempunyai energi dalam bentuk   “ kalor “.
Ø  Energi yang dimiliki sistem adalah energi dalam ( E ), yaitu energi kinetik dan potensial.
Ø  Perpindahan kalor terjadi ketika molekul dari benda yang lebih panas bertumbukan dengan molekul dari benda yang lebih dingin.
Ø  Satuan kalor = kalori ( kal ) atau joule ( J ).
1 kal  = 4, 184 J
Ø  Mengukur jumlah kalor :
q = m x c x DT
atau
q = C x DT    ;  q  = m x L
dengan :
q    = jumlah kalor ( J )
m   = massa zat ( g )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
c    = kalor jenis ( J / g.oC ) atau ( J / g. K )
C    = kapasitas kalor ( J / oC ) atau ( J / K )
L    = kalor laten ( J / g ) = kalor peleburan / pelelehan dan kalor penguapan.
Contoh :
Berapa joule diperlukan untuk memanaskan 100 gram air dari 25 oC menjadi 100 oC? ( kalor jenis air = 4,18 J / g.K )
Jawaban :
q = m x c x DT
 = 100 x 4,18 x ( 100 – 25 ) = 31.350 J = 31, 35 kJ.



Ø  Hubungan antara E, q dan w :
DE = q + w
w  = P. DV
a.       Jika reaksi berlangsung pada sistem terbuka dengan tekanan ( P ) tetap maka :
DE = qp + w
Contoh :
Suatu reaksi eksoterm mempunyai harga DE = - 100 kJ. Jika reaksi berlangsung pada P tetap dan V sistem bertambah, maka sebagian DE tersebut digunakan untuk melakukan kerja. Jika jumlah kerja yang dilakukan sistem = - 5 kJ, maka :
qp   = DE – w
= -100 kJ – ( -5 kJ ) = - 95 kJ

b.       Jika reaksi berlangsung pada sistem tertutup dengan volume tetap ( DV  = 0 ) artinya = sistem tidak melakukan kerja              ( w = 0 ).
DE = qv + w
DE = qv + 0
DE = qv
Hal ini berarti bahwa semua perubahan energi dalam ( DE ) yang berlangsung pada sistem tertutup akan muncul sebagai kalor.
Contoh :
Suatu reaksi yang berlangsung pada V  tetap disertai penyerapan kalor = 200 kJ. Tentukan nilai DE, q dan w  reaksi itu!
Jawaban :
Sistem menyerap kalor, artinya q = + 200 kJ.
Reaksi berlangsung pada V tetap, w = 0 kJ.
DE  = qv + w
= + 200 kJ + 0 kJ = + 200 kJ





6).  Entalpi ( H )
o   Untuk menyatakan kalor reaksi pada tekanan tetap (qp ) digunakan besaran yang disebut Entalpi ( H ).
H    = E + ( P.V )
DH       = DE + ( P. DV )
DH = (q + w ) + ( P. DV )
DH = qp – ( P. DV ) + ( P. DV )
DH = qp

o   Untuk reaksi kimia :
DH = Hp – Hr
Hp   = entalpi produk
Hr  = entalpi reaktan

o   Contoh :
Suatu reaksi yang berlangsung pada P  tetap disertai pelepasan kalor = 200 kJ dan sistem melakukan kerja sebanyak 5 kJ. Tentukan nilai DH, DE, q dan w  reaksi itu!
Jawaban :
Sistem melepaskan kalor, artinya q = - 200 kJ.
Sistem melakukan kerja, artinya w = - 5 kJ.
DE = qp  + w
DE       = - 200 kJ – 5 kJ = - 205 kJ
DH = qp = - 200 kJ
o   Kesimpulan :
Reaksi pada tekanan tetap         : qp  = DH ( perubahan entalpi )
Reaksi pada volume tetap          : qv  = DE ( perubahan energi dalam )
7).  Reaksi Endoterm dan Eksoterm
v  Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem ( kalor diserap oleh sistem dari lingkungannya ); ditandai dengan adanya penurunan suhu lingkungan di sekitar sistem.
v  Reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan ( kalor dibebaskan oleh sistem ke lingkungannya ); ditandai dengan adanya kenaikan suhu lingkungan di sekitar sistem.
v  Reaksi eksoterm pada umumnya berlangsung spontan, sedangkan reaksi endoterm tidak.
v  Pada reaksi endoterm : DH        = Hp – Hr > 0 ( bertanda positif )
v  Pada reaksi eksoterm : DH        = Hp – Hr < 0 ( bertanda negatif )
v  Diagram tingkat energinya :

                          


8).  Persamaan Termokimia
§  Adalah persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya ( DH ).
§  Nilai DH yang dituliskan di persamaan termokimia, disesuaikan dengan stoikiometri reaksinya, artinya = jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi kimia = koefisien reaksinya; ( fase reaktan maupun produk reaksinya harus dituliskan).
§  Contoh :
Pada pembentukan 1 mol air dari gas hidrogen dengan oksigen pada 298 K, 1 atm dilepaskan kalor sebesar 285, 5 kJ.
Persamaan termokimianya :
Jika koefisien dikalikan 2, maka harga DH reaksi juga harus dikalikan 2.
§  Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menuliskan persamaan termokimia :
a.       Koefisien reaksi menunjukkan jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi.
b.       Ketika persamaan reaksinya dibalik ( mengubah letak reaktan dengan produknya ) maka nilai DH tetap sama tetapi tandanya berlawanan.
c.       Jika kita menggandakan kedua sisi persamaan termokimia dengan faktor y maka nilai DH juga harus dikalikan dengan faktor y tersebut.
d.       Ketika menuliskan persamaan reaksi termokimia, fase reaktan dan produknya harus dituliskan.

9).  Jenis-Jenis Perubahan Entalpi
o   Perubahan entalpi yang diukur pada suhu 25 oC dan tekanan 1 atm ( keadaan standar) disebut perubahan entalpi standar ( dinyatakan dengan tanda DHo atau DH298 ).
o   Perubahan entalpi yang tidak merujuk pada kondisi pengukurannya dinyatakan dengan lambang DH saja.
o   Entalpi molar = perubahan entalpi tiap mol zat ( kJ / mol ).
o   Perubahan entalpi, meliputi :
a.       Perubahan Entalpi Pembentukan Standar ( DHf o ) = kalor pembentukan
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada suhu dan tekanan standar ( 25 oC, 1 atm ). Entalpinya bisa dilepaskan maupun diserap. Satuannya adalah kJ / mol.
Bentuk standar dari suatu unsur adalah bentuk yang paling stabil dari unsur itu pada keadaan standar ( 298 K, 1 atm ).
Jika perubahan entalpi pembentukan tidak diukur pada keadaan standar maka dinotasikan dengan DHf
Contoh :

Catatan :
o   DHf unsur bebas = nol
o   Dalam entalpi pembentukan, jumlah zat yang dihasilkan adalah 1 mol.
o   Dibentuk dari unsur-unsurnya dalam bentuk standar.

b.      Perubahan Entalpi Penguraian Standar ( DHd o )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur-unsur penyusunnya pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHd. Satuannya = kJ / mol.
Perubahan entalpi penguraian standar merupakan kebalikan dari perubahan entalpi pembentukan standar, maka nilainya pun akan berlawanan tanda.
Menurut Marquis de Laplace, “ jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan senyawa dari unsur-unsur penyusunnya = jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa tersebut menjadi unsur-unsur penyusunnya. “ Pernyataan ini disebut Hukum Laplace.
Contoh :
Diketahui DHf o H2O(l) = -286 kJ/mol, maka entalpi penguraian H2O(l) menjadi gas hidrogen dan gas oksigen adalah +286 kJ/mol.

c.       Perubahan Entalpi Pembakaran Standar ( DHc o )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pembakaran 1 mol suatu zat secara sempurna pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHc. Satuannya = kJ / mol.
Contoh :



d.      Perubahan Entalpi Netralisasi Standar ( DHn o )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada penetralan 1 mol asam oleh basa atau 1 mol basa oleh asam pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHn. Satuannya = kJ / mol.
Contoh :
DHn reaksi = -200 kJ
DHn NaOH = -200 kJ / 2 mol  =  -100 kJ/mol
DHn H2SO4 = -200 kJ / 1 mol  =  -200 kJ/mol

e.       Perubahan Entalpi Penguapan Standar ( DHovap)
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi fase gas pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHvap. Satuannya = kJ / mol.
Contoh :

f.        Perubahan Entalpi Peleburan Standar ( DHofus )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pencairan / peleburan 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat dalam fase cair pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHfus. Satuannya = kJ / mol.
Contoh :

g.      Perubahan Entalpi Sublimasi Standar ( DHosub )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada sublimasi 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat dalam fase gas pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHsub. Satuannya = kJ / mol.
Contoh :

h.      Perubahan Entalpi Pelarutan Standar ( DHosol )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi ketika 1 mol zat melarut dalam suatu pelarut ( umumnya air ) pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHsol. Satuannya = kJ / mol.
Contoh :



10). Penentuan Perubahan Entalpi ( DH )
a.       Kalorimetri
o   Adalah cara penentuan kalor reaksi dengan menggunakan kalorimeter.
o   Perubahan entalpi adalah perubahan kalor yang diukur pada tekanan konstan.
o   Untuk menentukan perubahan entalpi dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan perubahan kalor yang dilakukan pada tekanan konstan.
o   Perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada reaksi tersebut.
o   Pengukuran perubahan kalor dapat dilakukan dengan alat yang disebut kalorimeter.
o   Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi ( tidak ada perpindahan materi maupun energi dengan lingkungan di luar kalorimeter ).
o   Rumus yang digunakan adalah :
q = m x c x DT
qkalorimeter  = C x DT
dengan :
q    = jumlah kalor ( J )
m   = massa zat ( g )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
c    = kalor jenis ( J / g.oC ) atau ( J / g. K )
C    = kapasitas kalor ( J / oC ) atau ( J / K )
o   Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi = kalor yang diserap / dibebaskan oleh larutan dan kalorimeter, tetapi tandanya berbeda.
qreaksi = - (qlarutan  + qkalorimeter )






Beberapa jenis kalorimeter :
1)       Kalorimeter Bom
o   Merupakan kalorimeter yang khusus digunakan untuk menentukan kalor dari reaksi-reaksi pembakaran.
o   Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bom ( tempat berlangsungnya reaksi pembakaran, terbuat dari bahan stainless steel  dan diisi dengan gas oksigen pada tekanan tinggi ) dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah yang kedap panas.
o   Reaksi pembakaran yang terjadi di dalam bom, akan menghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom.
o   Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka :
qreaksi = - (qair  + qbom )

o   Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :
qair  = m x c x DT
dengan :
m   = massa air dalam kalorimeter ( g )
c    = kalor jenis air dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )


o   Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :
qbom   = Cbom x DT
dengan :
Cbom           = kapasitas kalor bom ( J / oC ) atau ( J / K )
DT    = perubahan suhu ( oC atau K )

o   Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung pada volume tetap ( DV = nol ). Oleh karena itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem = perubahan energi dalamnya.
DE = q + w dimana             w  = - P. DV  ( jika DV = nol maka w  = nol )
maka
DE  = qv



Contoh soal :
Suatu kalorimeter bom berisi 250 mL air yang suhunya 25oC, kemudian dibakar 200 mg gas metana. Suhu tertinggi yang dicapai air dalam kalorimeter = 35oC. Jika kapasitas kalor kalorimeter = 75 J / oC dan kalor jenis air = 4,2 J / g.oC, berapakah DHc gas metana?
Jawaban :
qair     = m x c x DT
                     = ( 250 ) x ( 4,2 ) x ( 35 - 25 )
                     = 10.500 J

qbom   = Cbom x DT
                     = ( 75 ) x (  35 – 25 )
                     = 750 J

qreaksi = - (qair  + qbom )
qreaksi = - ( 10.500 J + 750 J )
                     = - 11.250 J = - 11,25 kJ

200 mg CH4      = 0,2 g CH4 = ( 0,2 / 16 ) mol = 0,0125 mol
DHc CH4    = ( - 11,25 kJ / 0,0125 mol ) = - 900 kJ / mol ( reaksi eksoterm )

2)       Kalorimeter Sederhana
o   Pengukuran kalor reaksi; selain kalor reaksi pembakaran dapat dilakukan dengan menggunakan kalorimeter pada tekanan tetap yaitu dengan kalorimeter sederhana yang dibuat dari gelas stirofoam.
o   Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk mengukur kalor reaksi yang reaksinya berlangsung dalam fase larutan ( misalnya reaksi netralisasi asam – basa / netralisasi, pelarutan dan pengendapan ).
o   Pada kalorimeter ini, kalor reaksi = jumlah kalor yang diserap / dilepaskan larutan sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan; diabaikan.
qreaksi          = - (qlarutan  + qkalorimeter )
qkalorimeter     = Ckalorimeter x DT
dengan :
Ckalorimeter  = kapasitas kalor kalorimeter ( J / oC ) atau ( J / K )
DT  = perubahan suhu ( oC atau K )
o   Jika harga kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil; maka dapat diabaikan sehingga perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada kenaikan suhu larutan dalam kalorimeter.
qreaksi    = - qlarutan  
qlarutan   = m x c x DT
dengan :
m   = massa larutan dalam kalorimeter ( g )
c    = kalor jenis larutan dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT             = perubahan suhu ( oC atau K )
o   Pada kalorimeter ini, reaksi berlangsung pada tekanan tetap (DP = nol ) sehingga perubahan kalor yang terjadi dalam sistem = perubahan entalpinya.
DH = qp
Contoh soal :
Sebanyak 50 mL ( = 50 gram ) larutan HCl 1 M bersuhu 27 oC dicampur dengan 50 mL ( = 50 gram ) larutan NaOH 1 M bersuhu 27 oC dalam suatu kalorimeter gelas stirofoam. Suhu campuran naik sampai 33,5 oC. Jika kalor jenis larutan = kalor jenis air = 4,18 J / g.K. Tentukan perubahan entalpinya!
Jawaban :
qlarutan   = m x c x DT
                        = ( 100 ) x ( 4,18 ) x ( 33,5 – 27 )
                        = 2.717 J

Karena kalor kalorimeter diabaikan maka :
qreaksi    = - qlarutan  
                        = - 2.717 J
Jumlah mol ( n ) HCl      = 0,05 L x 1 mol / L = 0,05 mol
Jumlah mol ( n ) NaOH = 0,05 L x 1 mol / L = 0,05 mol
Oleh karena perbandingan jumlah mol pereaksi = perbandingan koefisien reaksinya maka campuran tersebut adalah ekivalen.
DH harus disesuaikan dengan stoikiometri reaksinya, sehingga :
q (1 mol HCl + 1 mol NaOH )     = ( 1 / 0,05 ) x ( – 2.717 J )
                                             = - 54.340 J = - 54,34 kJ
Jadi DH reaksi = qreaksi = - 54,34 kJ
Persamaan termokimianya :


b.      Hukum Hess
o   Pengukuran perubahan entalpi suatu reaksi kadangkala tidak dapat ditentukan langsung dengan kalorimeter, misalnya penentuan perubahan entalpi pembentukan standar ( DHf o )CO.
Reaksinya :
o   Reaksi pembakaran karbon tidak mungkin hanya menghasilkan gas CO saja tanpa disertai terbentuknya gas CO2. Jadi, bila dilakukan pengukuran perubahan entalpi dari reaksi tersebut; yang terukur tidak hanya reaksi pembentukan gas CO saja tetapi juga perubahan entalpi dari reaksi pembentukan gas CO2.
o   Untuk mengatasi hal tersebut, Henry Hess  melakukan serangkaian percobaan dan menyimpulkan bahwa perubahan entalpi suatu reaksi merupakan fungsi keadaan.
o   Artinya : “ perubahan entalpi suatu reaksi hanya tergantung pada keadaan awal ( zat-zat pereaksi ) dan keadaan akhir ( zat-zat hasil reaksi ) dari suatu reaksi dan tidak tergantung pada jalannya reaksi. “  Pernyataan ini disebut Hukum Hess.
o   Berdasarkan Hukum Hess, penentuan DH dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu :
1).  Perubahan entalpi ( DH ) suatu reaksi dihitung melalui penjumlahan dari perubahan entalpi beberapa reaksi yang berhubungan.
Contoh :
Reaksi pembakaran gas hidrogen akan menghasilkan air, menurut persamaan reaksi :
 
Reaksi tersebut dapat berlangsung melalui 2 tahap :
Jika kedua reaksi tersebut dijumlahkan maka diperoleh :





Gambar Siklus Hess :

Gambar Diagram Entalpi ( Tingkat Energi ) :
Contoh Soal :
Diketahui :
Tentukan perubahan entalpi ( DH ) dari reaksi berikut ini :

Jawaban :


2).  Perubahan entalpi ( DH ) suatu reaksi dihitung berdasarkan selisih entalpi pembentukan ( DHf o ) antara produk dan reaktan.
Secara umum, untuk reaksi :
Contoh :
Diketahui :
DHf o metanol [ CH4O( l ) ] = - 238,6 kJ / mol
DHf o CO2( g ) = - 393,5 kJ / mol
DHf o H2O( l ) = - 286 kJ / mol
a). Tentukan entalpi pembakaran metanol membentuk gas CO2 dan air.
b). Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 8 gram metanol ( Ar.H = 1; C = 12; O = 16 )
Jawaban :
Reaksi pembakaran metanol :
b). 8 gram CH4O = ( 8 / 32 ) mol = 0,25 mol.
              Jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 8 gram CH4O adalah = 0,25 mol x 726,9 kJ / mol = 181,725 kJ

3).  Perubahan entalpi ( DH ) suatu reaksi dihitung berdasarkan data energi ikatan.
Energi ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan kimia dalam 1 mol suatu molekul / senyawa berwujud gas menjadi atom-atomnya. Lambang energi ikatan = D
Energi ikatan rerata pada ikatan rangkap 3 > ikatan rangkap 2 > ikatan tunggal
Suatu reaksi yang DH–nya ditentukan dengan menggunakan energi ikatan, maka atom-atom yang terlibat dalam reaksi harus berwujud gas.
Berdasarkan jenis dan letak atom terhadap atom-atom lain dalam molekulnya, dikenal 3 jenis energi ikatan yaitu :
a.       Energi Atomisasi.
Adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan semua ikatan 1 mol molekul menjadi atom-atom bebas dalam keadaan gas.
Energi atomisasi = jumlah seluruh ikatan atom-atom dalam 1 mol senyawa.
Contoh :
Pada molekul NH3 terdapat 3 ikatan N – H. Sementara itu, energi ikatan N – H = 93 kkal / mol sehingga energi atomisasinya = 3 x 93 kkal / mol = 297 kkal / mol.

b.      Energi Disosiasi Ikatan.
Adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan salah 1 ikatan yang terdapat pada suatu molekul atau senyawa  dalam keadaan gas.
Contoh :
Energi disosiasi untuk melepas 1 atom H dari molekul CH4 = 431 kJ.

c.       Energi Ikatan Rata-Rata.
Adalah energi rerata yang diperlukan untuk memutuskan ikatan atom-atom pada suatu senyawa ( notasinya = D ).
Contoh :
Dalam molekul CH4 terdapat 4 ikatan C - H .
Energi ikatan rerata C - H ( DC-H ) = ( 1668 / 4 ) kJ = 417 kJ
Energi ikatan suatu molekul yang berwujud gas dapat ditentukan dari data entalpi pembentukan standar (DHf ) dan energi ikat unsur-unsurnya. Prosesnya melalui 2 tahap yaitu :
o   Penguraian senyawa menjadi unsur-unsurnya.
o   Pengubahan unsur menjadi atom gas.
Contoh :
Diketahui :
DHf o CO(g)  = - 110,5 kJ / mol
DHf o C(g)  = 716,7 kJ / mol
D O=O =  495 kJ / mol
Tentukan energi ikatan C=O dalam gas CO!
Jawaban :
Reaksinya :
Reaksi tersebut dapat dituliskan melalui tahapan :
Jadi energi ikat C=O dalam gas CO = 1074,7 kJ / mol.

Reaksi kimia pada dasarnya terdiri dari 2 proses :
o   Pemutusan ikatan pada pereaksi.
o   Pembentukan ikatan pada produk reaksi.
Pada proses pemutusan ikatan         = memerlukan energi.
Pada proses pembentukan ikatan      = membebaskan energi.

Contoh :
Pada reaksi :

Secara umum dirumuskan :

Contoh :
Diketahui energi ikatan rerata :
C – H  =  413 kJ / mol
Cl – Cl  =  242 kJ / mol
C – Cl  =  328 kJ / mol
H – Cl  =  431 kJ / mol
Hitunglah DH reaksi :

Jawaban :
Pemutusan ikatan :
4 ikatan C – H  =  4 x 413 kJ / mol  =  1652 kJ / mol
1 ikatan Cl – Cl             =  1 x 242 kJ / mol  =  242 kJ / mol

Pembentukan ikatan :
3 ikatan C – H  =  3 x 413 kJ/ mol  =  1239 kJ / mol
1 ikatan C – Cl              =  1 x 328 kJ / mol  =  328 kJ / mol
1 ikatan H – Cl              =  1 x 431 kJ / mol  =  431 kJ / mol
DH       = ( 1652 + 242 ) – ( 1239 + 328 + 431 ) kJ / mol
DH       = ( 1894 – 1998 ) kJ / mol  =  - 104 kJ / mol

11). Kalor Pembakaran Bahan Bakar
Contoh :
LPG mengandung 40 % etana ( C2H6 )dan 60 % butana ( C4H10 ). Dalam 1 kg LPG mengandung :
( 40 % x 1000 ) gram etana = 400 gram etana
400 gram etana = ( 400 / 30 ) = 13,33 mol

( 60 % x 1000 ) gram butana = 600 gram butana
600 gram butana = ( 600 / 58 ) = 10,34 mol

Diketahui :
DHf o CO2(g)  = - 395,2 kJ / mol
DHf o H2O(g)  = - 286,9 kJ / mol
DHf o C2H6(g) = - 84,8 kJ / mol
DHf o C4H10(g) = - 114,3 kJ / mol
a). Reaksi pembakaran etana :
DHreaksi             = DHproduk - DHreaktan
                        = ( 2 x DHf o CO2 + 3 x DHf o H2O ) – ( 1x DHf o C2H6 +  0 )
                        = - 1.566,3 kJ / mol
Dalam 1 kg = ( - 1.566,3 kJ / mol x 13,33 mol ) = - 20.878,78 kJ

b). Reaksi pembakaran butana :
            DHreaksi   = ( 4 x DHf o CO2 +  5 x DHf o H2O ) – ( 1x DHf o C4H10 +  0 )
                        = - 2.901 kJ / mol
            Dalam 1 kg = ( - 2.901 kJ / mol x 10,34 mol ) = - 29.996,34 kJ
            Jadi, dalam setiap 1 kg LPG menghasilkan kalor sebesar = 20.878,78 kJ + 29.996,34 kJ = 50.875,12kJ

B.     TERMODINAMIKA KEDUA
Peristiwa sehari-hari
Peristiwa yang kerap terjadi di laboratorium

PERHATIKAN DUA GAMBAR DIATAS :
Peristiwa diatas adalah peristiwa yang tidak dapat balik meskipun pada proses pembalikan ini dapat terpenuhi dengan hokum termodinamika I .
Apakah ada yang salah dengan hukum termodinamika I (hukum
kekekalan energi)?
Tentu saja tidak!
Hukum termodinamika I tetap benar, namun perlupenjelasan lebih
lanjut mengapa proses-proses tersebut tidak bisa dibalik.
ÎMuncul formulasi hukumtermodinamika II.
Ada berbagai versi:
Versi yang paling sederhana (Clasius):
“Panas secara alamiah akan mengalir dari suhu tinggi ke rendah;
panas tidak akan mengalir secara spontan dari suhu rendah ke tinggi”
Sudah kita lihat dari siklus Carnot:
“Tidak mungkin dalam satu siklus terdapat efisiensi 100%”
Versi filosofis (lihat peristiwa sehari-hari):
“Dalam suatu sistem tertutup, tanpa campur tangan dari luar
ketidakteraturan akan selalubertambah.”
(Secara alamiah, proses akan cenderung ke arah tidak teratur)
Penerapan Hukum II Termodinamika- Hukum I termodinamika menyatakan bahwa energi adalah kekal, tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Energi hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Berdasarkan teori ini, Anda dapat mengubah energi kalor ke bentuk lain sesuka Anda asalkan memenuhi hukum kekekalan energi. Namun, kenyataannya tidak demikian. Energi tidak dapat diubah sekehendak Anda. Misalnya, Anda menjatuhkan sebuah bola besi dari suatu ketinggian tertentu. Pada saat bola besi jatuh, energi potensialnya berubah menjadi energi kinetik. Saat bola besi menumbuk tanah, sebagian besar energi kinetiknya berubah menjadi energi panas dan sebagian kecil berubah menjadi energi bunyi. Sekarang, jika prosesnya Anda balik, yaitu bola besi Anda panaskan sehingga memiliki energi panas sebesar energi panas ketika bola besi menumbuk tanah, mungkinkah energi ini akan berubah menjadi energi kinetik, dan kemudian berubah menjadi energi potensial sehingga bola besi dapat naik? Peristiwa ini tidak mungkin terjadi walau bola besi Anda panaskan sampai meleleh sekalipun. Hal ini menunjukkan proses perubahan bentuk energi di atas hanya dapat berlangsung dalam satu arah dan tidak dapat dibalik. Proses yang tidak dapat dibalik arahnya dinamakan proses irreversibel. Proses yang dapat dibalik arahnya dinamakan proses reversibel.
Peristiwa di atas mengilhami terbentuknya hukum II termidinamika. Hukum II termodinamika membatasi perubahan energi mana yang dapat terjadi dan yang tidak dapat terjadi. Pembatasan ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, antara lain, hukum II termodinamika dalam pernyataan aliran kalor: “Kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya”; hukum II termodinamika dalam pernyataan tentang mesin kalor: “Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi usaha luar”; hukum II termodinamika dalam pernyataan entropi: “Total entropi semesta tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketika proses ireversibel terjadi”.
Hukum II Termodinamika memberikan batasan-batasan terhadap perubahan energi yang mungkin terjadi dengan beberapa perumusan.
  1. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi energi atau usaha luas (Kelvin Planck).
  2. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus mengambil kalor dari sebuah reservoir rendah dan memberikan pada reservoir bersuhu tinggi tanpa memerlukan usaha dari luar (Clausius).
  3. Pada proses reversibel, total entropi semesta tidak berubah dan akan bertambah ketika terjadi proses irreversibel (Clausius).
a. Pengertian Entropi
Dalam menyatakan Hukum Kedua Termodinamika ini, Clausius memperkenalkan besaran baru yang disebut entropi (S). Entropi adalah besaran yang menyatakan banyaknya energi atau kalor yang tidak dapat diubah menjadi usaha. Ketika suatu sistem menyerap sejumlah kalor Q dari reservoir yang memiliki temperatur mutlak, entropi sistem tersebut akan meningkat dan entropi reservoirnya akan menurun sehingga perubahan entropi sistem dapat dinyatakan dengan persamaan
ΔS = Q/T
tersebut berlaku pada sistem yang mengalami siklus reversibel dan besarnya perubahan entropi (ΔS) hanya bergantung pada keadaan akhir dan keadaan awal sistem. Ciri proses reversibel adalah perubahan total entropi ( ΔS = 0) baik bagi sistem maupun lingkungannya. Pada proses irreversibel perubahan entropi semesta ΔSsemestea > 0 . Proses irreversibel selalu menaikkan entropi semesta.
ΔSsistem  + ΔSlingkungan = ΔSseluruhnya > 0

Hukum  termodinamika  I  merupakan  pernyataan  dari  hukum  kekekalan  energi  dan  t i dak
menyatakan  sesuatu  apapun  mengenai  arah  dari  proses  yang  berlangsung.
Proses termodinamika  i tu dapat berl angsung kedua arah  yai tu :
- Di ekspansikan (pengembangan)
- Di kompresikan (penekanan)
Hukum  Termodinamika  I  juga  belum  menjelaskan  kearah  mana  suatu  perubahan  keadaan  i tu
berjalan dan apakah perubahan  i tu reversible atau irreversible.
Dal am pengembangannya di terangkan dan dibahas dal am Hukum Termodinamika II
Jadi   :    Hukum  Termodinamika  II,  memberi kan  batasan-batasan  tentang  arah  yang  dijalani  suatu
proses,  dan  memberikan  kri teri a  apakah  proses  itu  reversible  atau  i rreversible  dan  salah  satu
akibat  dari   hukum  termodinamika  II  i alah  perkembangan  dari  suatu  sifat  phisik  alam  yang
di sebut entropi .
Perubahan entropi  → menentukan arah  yang dijalani   suatu proses.
Hukum Termodinamika II menyatakan : 
*  Ti dak  mungkin  panas  dapat  di rubah  menjadi   kerja  seluruhnya,  tetapi   sebaliknya  kerja      
dapat di rubah menjadi  panas.
atau :    Q ≠  W sel uruhnya
W → Q  (sama besarnya)
atau    untuk  mendapatkan  sejumlah  kerja  (W)  dari   suatu  si klus,  maka  kal or  (Q)  yang  harus
diberikan kepada sistem selalu  lebih  besar.
→ Q di serap   >   W sehingga, η si klus < 100 %.
*  Suatu  yang    bekerja  sebagai  sebagai  suatu  si klus  t i dak  dapat  memindahkan  kal or  (Q)  dari
bagian  yang  bertemperatur  rendah  ke  bagian  yang  bertemperatur  l ebih  tinggi,  tanpa
menimbulkan perubahan keadaan pada sistem  yang lain.
Dari   kedua  hal  tersebut  diatas,  menyatakan  tentang  arah  proses  perubahan  energi  dalam  dalam
bentuk panas ke  bentuk kerj a →  yang menyatakan  adanya pembatasan transformasi  energi .

Perumusan :
Kombinasi Hukum Termodinamika I dan II
Kembali ke hukum termodinamika I:
d'Q= dU+ d′W
Hukum termodinamika II mengungkapkan pada proses reversibel
antara dua kedaan seimbang:
d'Qr
= TdS
Pada proses reversibel untuk sistem PVT:
d'W= P dV
Sehingga dapat disimpulkan
T dS= dU+ P dV
Ækombinasi hukum termodinamika I dan II.
Untuk sistem lain, ekspresi P dVdiganti dengan yang sesuai.
Dari hal ini ada sejumlah besar relasi termodinamika yang dapat
diturunkan dengan memilih pasangan variabel bebas Tdan v, Tdan
P, atau Pdan v.
Kasus Tdan v independen:
Kita gunakan besaran spesifik (persatuan massa).
dengan memperhatikan bahwa ufungsi Tdan v,
Maka :
Atau dapat ditulis :
Maka :
Seterusnya apabila sditurunkan dua kali ke vdan Tdiperoleh
(detail harus dikerjakan oleh pembaca):
Karena     
   maka :

dan dapat dibuktikan dengan mudah bahwa:
Jelas sekali bahwa cP tidak akan pernah lebih kecil dari cv
.
Relasi lain dapat dibuktikan:
Kasus Tdan P independen:
Mulai dari h= u+ Pv, dapat dibuktikan sekian banyak relasi,
Diantaranya
Serta
b. Mesin Pendingin
Mesin yang menyerap kalor dari suhu rendah dan mengalirkannya pada suhu tinggi dinamakan mesin pendingin (refrigerator). Misalnya pendingin rungan (AC) dan almari es (kulkas). Perhatikan Gambar 9.9! Kalor diserap dari suhu rendah T2 dan kemudian diberikan pada suhu tinggi T1. Berdasarkan hukum II termodinamika, kalor yang dilepaskan ke suhu tinggi sama dengan kerja yang ditambah kalor yang diserap (Q1 = Q2 + W)
img2Gambar 9.9 Siklus mesin pendingin.
Hasil bagi antara kalor yang masuk (Q1) dengan usaha yang diperlukan (W) dinamakan koefisien daya guna (performansi) yang diberi simbol Kp. Secara umum, kulkas dan pendingin ruangan memiliki koefisien daya guna dalam jangkauan 2 sampai 6. Makin tinggi nilai Kp, makin baik kerja mesin tersebut.
Kp = Q2 /W
Untuk gas ideal berlaku:
Kp = (Q2/Q1-Q2) = (T2/T1-T2)
Keterangan
Kp : koefisien daya guna
Q1 : kalor yang diberikan pada reservoir suhu tinggi (J)
Q2 : kalor yang diserap pada reservoir suhu rendah (J)
W : usaha yang diperlukan (J)
T1 : suhu reservoir suhu tinggi (K)
T2 : suhu reservoir suhu rendah (K)

Contoh soal
Gambar di dibawah menunjukkan bahwa 1.200 J kalor mengalir secara spontan dari reservoir panas bersuhu 600 K ke reservoir dingin bersuhu 300 K. Tentukanlah jumlah entropi dari sistem tersebut. Anggap tidak ada perubahan lain yang terjadi.
 img1
Jawab
Diketahui Q = 1.200 J, T1 = 600 K, dan T2 = 300 K.
Perubahan entropi reservoir panas:
ΔS1 = Q1/T1 = -1.200J/600K = -2J/K
Perubahan entropi reservoir dingin:
ΔS2 = Q2/T2 = 1.200J/300K = 4J/K
Total perubahan entropi total adalah jumlah aljabar perubahan entropi setiap reservoir:
ΔSsistem = ΔS1 + ΔS2 = –2 J/K + 4 J/K = +2 J/K

Contoh Soal
Mesin pendingin ruangan memiliki daya 500 watt. Jika suhu ruang -3 oC dan suhu udara luar 27 oC, berapakah kalor maksimum yang diserap mesin pendingin selama 10 menit? (efisiensi mesin ideal).
Penyelesaian:
Diketahui: P = 600 watt (usaha 500 J tiap 1 sekon)
T1 = 27 oC = 27+ 273 = 300 K
T2 = -3 oC = -3 + 273 = 270 K
Ditanya: Q2 = … ? (t = 10 sekon)
Jawab:
Kp = T2/(T1-T2)
Q2/W = T2/(T1-T2)
Q2 = T2/(T1-T2)W = (270)(300-270)(500)=4.500J (tiap satu sekon)
Dalam waktu 10 menit = 600s
Q2=4.500 x 600 = 2,7×106 J

C.     TERMODINAMIKA KETIGA