ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN METAKOGNITIF
GURU MIPA MAN MUALIMIN YOGYAKARTA
Abstrak:
Telah dilakukan penelitian
analisis tingkat kemampuan
metakognitif guru MIPA
MAN Mualimin Yogyakarta
untuk mengetahui ukuran
dan sebaran kemampuan
metakognitif
guru-guru MIPA MAN
Mualimim Yogyakarta serta
hubungan
antara tingkat pendidikan
dan lama mengajar
dengan kemampuan metakognitif
tersebut. Jenis penelitian
ini adalah penelitian
survey dengan populasi
seluruh
responden dalam penelitian
ini. Data kemampuan
metakognitif diukur dengan
lembar inventori (MAI)
dan dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa kemampuan metakognitif
guru-guru MIPA mualimin
telah
berkembang
dengan baik namun
belum maksimal. Aspek
pengetahuan
metakognitif lebih tinggi daripada regulasi
metakognitif.
Kata kunci: guru MIPA MAN Mualimin, kemampuan metakognitif
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menghadapi tantangan masa depan yang sangat berat dibutuhkan
berbagai
keterampilan
untuk dapat berhasil.
Salah satu keterampilan
yang dibutuhkan
berkaitan dengan keterampilan
metakognitif. Keterampilan metakognitif
merupakan
istilah yang dikenalkan
oleh Flavell (Slavin,
2000) yang berarti
kemampuan untuk memikirkan
tentang bagaimana cara
belajarnya. Melalui
kemampuan
memikirkan cara belajarnya
dapat diperoleh informasi
bagaimana
keberhasilan
belajarnya sehingga dapat
diperbaiki untuk pembelajaran
selanjutnya.
Menurut Imel (2002),
keterampilan metakognitif sangat
diperlukan untuk
kesuksesan
belajar, mengingat keterampilan
metakognitif memungkinkan siswa
untuk mampu mengelola
kecakapan kognitif dan
mampu melihat kelemahannya
sehingga dapat dilakukan
perbaikan pada tindakan-tindakan berikutnya.
Lebih
lanjut, dinyatakan bahwa siswa yang menggunakan keterampilan
metakognitifnya
memiliki
prestasi yang lebih
baik dibandingkan siswa
yang tidak menggunakan
keterampilan
metakognitifnya. Hal ini
karena keterampilan metakognitif memungkinkan siswa
untuk melakukan perencanaan,
mengikuti perkembangan,
dan memantau proses belajarnya.
Kemampuan
metakognitif sangat penting
dimiliki oleh setiap
siswa,
karena berkaitan dengan
kedewasaan dan kemandirian
dalam belajar. Guru
merupakan
komponen yang sangat
penting dalam menentukan
keberhasilan
proses
pembelajaran. Oleh karena
itu, ketrampilan metakognitif
juga perlu
dikuasai oleh guru
agar siswanya dapat
memiliki ketrampilan metakognitif
yang
tinggi.
Sejauh ini, informasi tentang pengetahuan matakognitif siswa
telah banyak
dilakukan penelitian. Namun, informasi tentang metakognitif
guru belum banyak
digali. Padahal guru
merupakan komponen yang
sangat penting di
dalam proses
pembelajaran. Untuk itu
dibutuhkan juga informasi
mengenai kemampuan
metakognitif
guru. Paidi (2009)
melaporkan bahwa calon
guru biologi yang
sedang menempuh studi
di UNY perkembangan
kemampuan metakognitifnya
belum maksimal. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk
melihat kemampuan
metakognitif guru-guru yang sudah bertugas dilapangan.
MAN Mualimin Yogyakarta
merupakan sekolah menengah
berbasis
agama di bawah
Muhammadiyah. Kurikulum yang
digunakan adalah kurikulum
Depdiknas dan sekolah.
Seluruh siswa MAN
Mualimin Yogyakarta tinggal
di
asrama dan belajar mengikuti kurikulum nasional di pagi hari
serta agama di sore
dan malam hari. Selama di asrama terdapat guru yang
mendampingi sebagai wali
siswa di sekolah. Informasi tentang pengetahuan metakognitif
guru sangat penting
karena siswa 24 jam memperoleh bimbingan dari kegiatan
sekolah dan tidak ada
bimbingan orang tua. Sementara itu, kesempatan bertemu orang
tua hanya 1 hari
dalam 1 minggu sehingga bimbingan dari orang tua dfalam
belajar sangat kurang.
Guru-guru MAN Mualimin
Yogyakarta semuanya telah
menyelesaikan
jenjang S1 dari
universitas ternama di
Yogyakarta bahkan sebagian
besar telah
lulus studi S2.
Keseriusan sekolah untuk
meningkatkan kualitas guru
dan siswa
tinggi. Hal ini
tampak dari fasilitas
yang diberikan dan
berbagai pelatihan yang
diadakan.
Berbagai pelatihan untuk
guru-guru khususnya MIPA
telah banyak
dilakukan karena adanya
bantuan dari DEPAG.
Kualitas guru diharapkan
akan
meningkat melalui berbagai kegiatan yang dilakukan.
Berdasarkan latar belakang diatas
maka dilakukan penelitian
sejauh mana kemampuan
metakognitif guru-
guru MIPA Mualimin Yogyakarta.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat
kemampuan metakognitif guru-guru
MIPA MAN
Mualimin Yogyakarta?
2. Adakah perbedaan
tingkat kemampuan metakognitif
Guru MIPA MAN
Mualimin
Yogyakarta pada latar
belakang pendidikan dan
pengalaman
mengajar?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui
tingkat kemampuan metakognitif
guru-guru MIPA MAN
Mualimin Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui
perbedaan tingkat kemampuan
metakognitif Guru MIPA
MAN Mualimin Yogyakarta pada latar belakang pendidikan dan pengalaman
mengajar?
METODE PENELITIAN
Jenis Peneitian
Penelitian ini merupakan
penelitian survei diarahkan
untuk mengungkap
fakta, fenomena, dan
hubungan antara jenjang
pendidikan dan lama
mengajar
terhadap
tingkatan kemampuan metakognitif
guru-guru MIPA MAN
Mualimin
Yogyakarta.
Dalam penelitian ini
tidak ada tindakan
yang diberikan peneliti,
melainkan hanya memotret
tingkatan kemampuan metakognitif,
dan melihat
hubungan
kemampuan metakognitif dengan
jenjang pendidikan, lama
mengajar,
dan beban mengajar.
Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh
guru MIPA MAN
Mualimin
Yogyakarta yaitu sebanyak
16 orang yang
semuanya menjadi responden
dalam
penelitian ini.
Data dan Teknik Pengumpulannya
Data utama dalam
penelitian ini adalah
kemampuan metakognitif, yang
bersifat
kesadaran metakognitif (metacognitive awareness)
dan data tentang
kemampuan
metakognitif yang spesifik
terkait dengan self
reflection dan self
monitoring. Data kemampuan
metakognitif dikumpulkan dengan
menggunakan Metacognitive Awareness Inventory (MAI). Sementara itu,
untuk penskoran hasil
pengukuran
digunakan contoh pedoman
penskoran yang diusulkan
Schraw and
Denison (Imel, 2004).
Data pendukung lain
adalah asal dan
jenjang pendidikan
guru, pengalaman (lama)
mengajar, dan beban
mengajar yang dikumpulkan
dengan menggunakan angket.
Instrumen dan Validasinya
Kemampuan
metakognitif (metacognitive awareness)
diukur
menggunakan
instrumen inventori kesadaran
metakognitif untuk dewasa,
atau
Metacognitive
Awareness Inventory (MAI)
yang dimodikasi dari
Metaconitive
Awareness Inventory (MM) yang disusun oleh Schraw &
Dennison, (Susan Imel,
2004) dan Panaoura
& Philippou, (2007). Instrumen ini sudah banyak digunakan
dalam penelitian metakognisi.
Analisis Data
Analisis data tingkatan
kemampuan metakognitif guru
MIPA MAN
Mualimin
Yogyakarta dilakukan baik
secara deskriptif. Tingkatan
kemampuan
(kesadaran
metakognitif) ini didasarkan
pada kriteria dan
dan penggolongannya
menurut Schraw & Dennison, (Susan Imel, 2004) seperti
terlihat pada Tabel 1.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Tingkatan
kemampuan metakognitif
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata
kemampuan metakognitif
yang dimiliki guru
MIPA MAN Mualimin
Yogyakarta sebesar 76,08.
Skor ini
merupakan skor total
kemampuan metakognitif yang
meliputi pengetahuan
metakognitif
yaitu: declarative knowledge
(DK), procedural knowledge
(PK),
conditional knowledge (CK); dan regulasi metakognitif yang
terdiri dari planning
(P), information management strategies (IMS), comprehension
monitoring (CM), debuging strategies (DS),
dan evaluation (E).
Selengkapnya besarnya skor
masing-masing komponen disajikan dalam Tabel 2 di bawah ini.
Pada Tabel 2 diatas tampak bahwa pengetahuan metakognitif lebih tinggi

daripada regulasi metakognitif.
Lebih lanjut, pada
pengetahuan metakognitif
tampak skor tertinggi
diperoleh pada komponen
declaratif knowledge, diikuti
conditional
knowledge, dan procedural
knowledge. Sementara itu,
pada regulasi
metakognitif komponen tertinggi
pada evaluation dan
terendah pada information
management strategies.
Dari data diatas
tampak seluruh aspek
kemampuan metakognitif yang
dimiliki oleh guru-guru
MIPA MAN Mualimmin
Yogyakarta pada kriteria
telah
berkembang yaitu semua
skor diatas 60.
Tapi belum ada
satupun komponen
kemampuan
metakognitif yang berkembang
maksimal karena tidak
ada yang
memperoleh skor 81
ke atas. Dibandingkan
laporan kemampuan metakognitif
mahasiswa calon guru
biologi UNY yang
memiliki skor rata-rata
kemampuan
metakognitif
70,95 maka rerata
kemampuan guru-guru MIPA
Mualimin
Yogyakarta sebesar 76,08 masih lebih tinggi.
Pada aspek
regulasi metakognitif tampak
evaluation memperoleh skor
tertinggi yaitu 78,13.
Sementara itu skor
terendah adalah Information
Management
strategies sebesar 68,75.
Rentang perbedaan ini
cukup besar. Ini
menunjukkan
bahwa kemampuan untuk
menganalisis perolehan dan
efektifittas belajar baik. Namun,
kemampuan dalam mengorganisai
untuk membuat suatu
strategi pembelajaran agar berhasil masih kurang.
2. Kemampuan
metakognitif berdasarkan macam perguruan tinggi asal
Berdasarkan asal lembaga
perguruan tinggi, guru-guru MIPA
MAN
Mualimin Yogyakarta berasal dari berbagai perguruan tinggi
ternama di DIY dan
Jateng yaitu UGM,
UNY, UIN, UNDIP,
STTN Yogyakarta, UAD
dan STMIK
Elrahma
Yogyakarta. Berdasarkan program
studinya dapat dibedakan
menjadi
prodi pendidikan dan
non pendidikan. Selengkapnya
data kemampuan
metakognitif berdasarkan prodi disajikan pada Tabel 3 di
bawah ini.

prodi dengan kemampuan metakognitif. Perbedaan yang tampak
cukup besar pada
aspek PK, CK,
dan P. Pada
pengetahuan matakognitif bidang
non pendidikan
lebih banyak pengetahuan
prosedural (PK) sementara
bidang pendidikan
pengetahuannya
bersifat kondisional (CK).
Sementara itu dalam
regulasi
metakognitif aspek perencanaan (P) pada bidang non
pendidikan lebih baik.
3. Kemampuan
metakognitif berdasarkan jenjang pendidikan
Sebagian guru MIPA
MAN Mualimin yogyakarta
telah menempuh S2.
Kesempatan studi S2
merupakan program kerjasama
dengan Depag yang memberikan kesempatan
bagi guru-guru MAN
untuk menempuh studi
di
universitas
Gadjah Mada. Tabel
4 di bawah
ini adalah data
kemampuan
metakognitif bersasarkan jenjang pendidikan.

Berdasarkan Tabel
4 diatas tampak
kemampuan metakognitif guru
yang
telah menempuh jenjang pedidikan S2 lebih baik dari pada
yang baru menempuh
jenjang
pendidikan S1. Kemampuan
metakognitif maupun regulasi
metakognitif
guru berjenjang S2
tampak lebih tinggi
dari guru S1
bahkan aspek pengetahuan
deklaratif (DK) dan
perencanaan telah berkembang
maksimal. Bila dikaitkan
dengan data yang dilaporkan Paidi (2009) bahwa kemampuan
metakognitif calon
guru biologi UNY
sebesar 70,95 maka
tampak pola bahwa semakin
tinggi
pendidikan akan semaikn
tinggi kemampuan metakognitif
seseorang. Pendidikan
menjadi komponen yang sangat penting untuk mengerti tentang
pengetahuan yang
dimiliki dan bagaimana dia belajar atau menyelesaikan suatu
masalah.
4. Kemampuan
metakognitif berdasarkan lama mengajar
Guru-guru MIPA MAN
Mualimin Yogyakarta memiliki
pengalaman
mengajar yang bervariasi
mulai dari 1
tahun hingga lebih
dari 22 tahun.
Berdasarkan lama mengajar dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu
1-5 tahun, 6-
10 tahun, dan
diatas 10 tahun.
Selengkapnya Kemampuan metakognitif
berdasarkan jumlah jam mengajar ditampilkan dalam Tabel 5 di
bawah ini.

Pada tabel
5 diatas tampak
kemampuan metakognitif guru
dengan
pengalaman
mengajar 1-5 tahun
dan diatas 10
tahun relatif sama
dan lebih baik
dari guru dengan
lama mengajar 6-10
tahun. Diindikasikan bahhwa
guru baru
merupakan guru yang
idealis sehingga berupaya
memikirkan berbagai hal
dalam
tugas
pembelajarannya sehingga kemampuan
metakognitifnya cukup terasah.
Sementara itu guru
dengan lama mengajar
6-10 tahun dan
berada di sekolah
swasta mulai memikirkan
masa depan karirnya
di sekolah tersebut
(mengingat
banyak guru yang
tetap menjadi wiyata
bakti setelah bertahun-tahun) sehingga
mempengaruhi
konsentrasi dia dalam
mengajar termasuk dalam
memikirkan
tugasnya mengajar. Sementara
itu guru dengan
lama mengajar diatas
10 tahun,
umumnya
merupakan guru tetap
yayasan yang memang
pengabdiannya hanya di
sekolah tersebut dan
tidak akan ke
sekolah lain sehingga
bisa total untuk
memikirkan sekolah dan yayasan tersebut. Data yang menarik
adalah pengetahuan
metakogitif guru yang
lamamengajar > 10
tahun telah berkembang
maksimal
bahkan untuk pengetahuan
kondisional mencapai skor
90 ini menunjukkan
pengetahuan tentang tugasnya telah berkembang maksimal. 5. Kemampuan matakognitif berdasarkan jumlah jam
mengajar
Kemampuan
metakognitif berdasarkan jumlah
jam mengajar ditampilkan
dalam Tabel 6 di bawah ini.

Berdasarkan
beban mengajar tiap
minggu tampak guru
dengan beban
mengajar diatas 24
jam memiliki memiliki
ketrampilan metakognitif yang
lebih
tinggi.
Diindikasikan bahwa guru
dengan beban mengajar
yang banyak akan
berusaha
mengelola tugasnya dengan
sebaik-baiknya sehingga tugasnya
dapat
diselesaikan.
Ini ternyata juga
menyebabkan kemampuan metakognitifnya yang
lebih tinggi untuk memikirkan keberhasilannya dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan temuan
data dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Kemampuan metakognitif
guru-guru MIPA MAN
Mualimin Yogyakarta
telah berkembang dengan baik tetapi belum maksimal
2. Asal program studi
yang ditempuh (pendidikan dan non pendidikan) tidak
menunjukkan
perbedaan kemampuan metakognitif
pada guru-guru MIPA
MAN Mualimin Yogyakarta.
3. Jenjang pendidikan S2
menunjukkan kemampuan metakognitif yang lebih
tinggi dari pada
jenjang pendidikan S1
pada guru-guru MIPA
MAN
Mualimin Yogyakarta.
4. Lama Mengajar
guru-guru MIPA MAN Mualimin Yogyakarta antara 6-10
tahun memiliki kemampuan
metakognitif yang lebih
rendah daripada
guru-guru dengan pengalaman mengajar lebih singkat dan lebih
lama.
5. Jumlah jam
mengajar yang lebih
banyak menunjukkan kemampuan
metakognitif
yang lebih baik
daripada dengan jumlah
jam sedikit pada
guru-guru MIPA MAN Mualimin Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Green, R. 2002.
Better Thinking Better
Learning An Introduction
to Cognitive
Education, (on line),
(http://curriculum.pgwc.gov.za/curr_dev/cur_home-
/better_think/indeks.htm, diakses tanggal 6 Oktober 2007).
Imel, Susan. 2002.
Metacognitive Skills for
Adult Learning, (on
line),
(http://www.ce-te.org/acve/docs/tia00107.pdf, diakses 3
September 2006)
Imel, Susan. 2004. Metacognitien: background Brief from the
OLRC. News., (on
line),
(http://www.google.co.id/search?q=metacognition+background+brief&hl=
id&start=10&sa=N, diakses tanggal, diakses 17
November 2008)
Livingston, J. 1997.
Metacognition: An Overview.
(on-line), (http://www.gse.bu-
ffalo.edu/fas/shuell/cep564/Metacog.htm, diakses
tanggal 17 Desember
2007).
Slavin, R.E. 2000.
Educational Psychology. Theory and
Practice. Johns Hopkins
University.
Paidi, Yuni Wibowo, Ana Rakhmawati. 2009. Analisis Kemampuan
Metakognitif
Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Biologi,
FMIPA UNY. Laporan
Penelitian.
Tidak dipublikasikan. Yogyakrta:
FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta.
Panaoura, A &
Philippou, G. Tanpa
tahun. The Measurement
of Young Pupil’s
Metacognitive
Ability in Mathematics:
The case of
Self-Representation
and Self Evaluation. (on line), (diakses tanggal 2 Januari
2008).